Babelan – Bencana kekringan akibat serangan El Nino di sebagian wilayah Kabupaten Bekasi kena imbasnya. Salah satunya di Kecamatan Babelan, warga yang berprofesi sebagai petani harus rela jadi kuli bangunan untuk sekedar menyambung hidup.
Demikian diungkapkan salah seorang warga Desa Kedung Pengawas, Rizal saat ditemui infobekasi.co.id di pinggiran lokasi persawahan, Sabtu (29/8) siang.
“Warga di daerah sini pada nggak jadi petani lagi, kebayakan jadi kuli. Kalau nggak begitu, ya susah. Namanya juga buat menyambung hidup, apa aja dilakuin,” kata Rizal.
Benar saja, saat Rizal menunjukkan lokasi persawahan, terlihat tanah yang kering hingga retak-retak tanpa sedikitpun ada aliran air. Bahkan masih terlihat pula sisa-sisa tumbuhan kering yang gagal panen.
“Gimana mau nanam padi? Keadaannya saja seperti itu. Nanti aja kalau ada hujan baru nanam,” imbuhnya.
Ia menjelaskan, keadaan ini sudah mulai terjadi dalam kurun 4 bulan terakhir. Dan selama itu pula jumlah pasokan air bersih di desanya sangat minim sehingga harus rebutan.
“Ada sih air bersih dari irigasi, tapi agak jauh selain itu ada biayanya (harus beli). Itupun cuma untuk mandi sama cuci baju, karena kalau untuk minum dan masak rasanya kurang enak,” katanya.
Rizal sangat berharap adanya perhatian dari Pemerintah Daerah untuk kasus kekeringan ini. Karena selama ini ia belum merasakan adanya pantauan langsung dari Pemda ataupun kepala desa kekampung Belendung.
“Untuk Pemda, atau minimal Kepala desa supaya melihat keadaan disini. Kami inginnya sih tiap satu dusun minimal ada satu sumur bor. Supaya ambil airnya nggak jauh-jauh lagi,” tandasnya.
Rizal juga mengeluhkan tentang adanya pembangunan 72 hektar tambang batubara di desanya yang dibangun tanpa konfirmasi terlebih dahulu ke penduduk desa.
“Kami kuatir nantinya imbasnya (polusinya) kesini lagi, padahal kan ini lokasi persawahan,” tutup dia. (Sel)