BEKASI SELATAN – CGV Blitz Arthouse (Rumah Film Indonesia) Bekasi Cyber Park, Selasa (02/02) mengajak para penikmat dan komunitas film di Bekasi untuk berdiskusi salah satu film pemenang Festival Film Indonesia (FFI) 2015, ‘Siti’.
Film yang merupakan garapan dari sutradara muda Eddie Cahyono, dan diproduseri oleh Ifa Isfansyah ini sukses meraih gelar Musik dan Skenario terbaik dalam ajang FFI 2015.
“Film Siti ini alurnya kami buat sangat sederhana, dari kejadian sehari-hari. Kami hanya ingin menyampaikan kegelisahan-kegelisahan yang kita punya lewat film,” ujar Ifa saat ditemui infobekasi.co.id usai agenda cinematalk.
Salah satu kegelisahan dalam aspek sosial yang ditonjolkan dalam film ini, kata dia, diantaranya yaitu saat pemeran utama, Siti yang merupakan seorang penjual peyek terpaksa harus menjadi pemandu karaoke demi membayar hutang suaminya yang lumpuh.
“Kami ingin mengcapture realita yang ada, lalu kita coba sampaikan saja disini. Seperti tentang polisi yang mengamankan tempat karaoke dengan meminta “jatah karaoke”, kebiasaan konsumsi miras oplosan di masyarakat, dan lainnya,” jelas dia.
Ifa menyampaikan, meskipun akhir cerita yang ditawarkan dari film Siti ini menggantung, namun ini merupakan ide dasar darinya untuk mengembalikan keputusan akhir kepada penonton.
“Kami senang berkomunikasi dan diskusi lewat film ini. Kita ingin memberi perspektif lain dari film dimana saat ini banyak sekali film-film yang menghibur namun cenderung menggurui. Ini juga sebagai bentuk keberagaman cinema. Dan memberi edukasi bahwa cinema itu dapat dimanfaatkan juga untuk diskusi, bukan sekedar ditonton,” pungkasnya.
Kata Ifa juga, film bersetting Yogyakarta dan berbahasa Jawa yang ditayangkan dalam separuh layar hitam putih ini juga merupakan karya yang low budget.
“Hitam putih karena lebih ke feeling cerita. Hidup Siti ini memang tidak berwarna. Jadi saya pikir kalau dibikin berwarna malah terkesan aneh. Disisi lain, karena kami juga mempertimbangkan budget. Kami kan membuat film independen,” sambung sutradara Siti, Eddie Cahyono sambil tersenyum.
Meski begitu, pencarian pemain untuk film Siti ini tidak main-main dan tetap dilakukan dengan casting. Bahkan, Eddie mengaku banyak pemain yang memang berlatar belakang teater, ketoprak, bahkan penyanyi dangdut.
“Yang agak berat yaitu memilih pemeran Siti, karena kalau yang memerankan nggak berhasil, film ini akan hancur. Saya baru dapat Sekar (pemeran Siti) 2 minggu sebelum main. Saat lihat Sekar, saya yakin dia bisa. Sempat nangis juga dia karena merasa nggak kuat jadi Siti,” terangnya.
Film Programmer CGV Blitz Bekasi Cyber Park, Lulu Fahrullah, mengungkapkan bahwa sebuah kebanggaan tersendiri CGV Blitz Arthouse bisa memfasilitasi para penonton dalam pemutaran film Siti, dan cinematalk dengan produser dan sutradaranya secara langsung.
“Memang inilah yang ingin kita perkenalkan dari CGV Blitz BCP. Bahwa di Bekasi, kita bukan hanya sekedar nonton, tapi juga bisa sekalian diskusi film, sharing, ataupun meet n greet dengan pemain, produser, ataupun sutradaranya langsung. Ini pertama kalinya, dan baru CGV Blitz yang punya,” kata Lulu.
Untuk pemilihan film Siti sendiri, ia mengaku banyak faktor yang membuat CGV Blitz Arthouse ingin memutarnya. Diantaranya adalah kualitas film yang bernilai tinggi karena merupakan film independen yang menang FFI 2015.
“Kalau cuma film reguler kan bisa ditonton di auditorium lainnya, tapi untuk yang bernilai seperti Siti ini tentunya sangat menarik untuk Arthouse. Lagipula penonton Indonesia ini juga seleranya tinggi terhadap seni perfilman. Buktinya antusiasme dalam pemutaran Film Siti ini sendiri, yang notabenenya bukan film komersial, nggak disangka ternyata melebihi target jumlah penonton yang sempat blitz prediksi,” tandasnya. (Sel)