BEKASI TIMUR – Kepala Dinas Pertamanan, Pemakaman dan Penerangan Jalan Umum (DP3JU) Kota Bekasi, Karto, mengungkapkan bahwa teknologi penerangan jalan dengan menggunakan tenaga matahari (Solar Cell) belum menjadi teknologi tepat guna untuk Kota Bekasi dikarenakan biaya pemeliharaan yang mahal.
“Sejauh ini kan kita sudah uji coba solar cell untuk beberapa titik di Kota Bekasi, tapi kendalanya dibiaya pemeliharaannya yang cukup tinggi,” ujarnya saat ditemui infobekasi.co.id di ruangannya, Selasa (17/05).
Menurut Karto, teknologi tenaga matahari itu sangat sempurna untuk diterapkan apabila tidak gampang bermasalah. Namun nyatanya, yang terjadi di lapangan, Karto menyebutkan, dari lima puluh titik lampu yang diujicobakan, sebanyak delapan puluh persennya bermasalah.
“Masalahnya relatif sama. Selama percobaan beberapa bulan itu kan cell-nya banyak tertutup debu, sehingga daya serap sinar mataharinya terganggu. Otomatis akan mengurangi daya supply listrik ke aki, yang dampaknya aki yang tidak terpakai akan error kalau tidak digunakan,” tuturnya.
Karto menyebutkan, harga penggantian aki untuk tenaga matahari ialah 4 hingga 5 juta rupiah per satu unit.
“Itu baru kalau cell rusak, nah belum lagi kalau kendala di lampunya. Itu biaya per unit loh, gimana kalau seluruh lampu diganti sollar cell? Jadi sebetulnya teknologi ini sangat sesuai dengan Kota Bekasi, namun kendalanya dibiaya, itu saja sih. Namanya juga komponen kan?” kata dia.
Untuk kelima puluh titik percobaan tenaga matahari itu, lanjut Karto, akan dilakukan penggantian untuk kembali ke listrik jaringan.
“Sementara akan kita kembalikan ke listrik jaringan. Nanti kalau sudah ditemukan teknologi baru yang biaya perawatannya tidak terlalu tinggi, kita pasti akan menggunakan sollar cell,” ujarnya.(Sel)