TAMBUN SELATAN – Siapa yang tidak kenal dengan sosok Ane Matahari? Seniman Bekasi yang memiliki nama asli Andri Syanila Putra Siregar (45), yang lahir pada 4 Januari 1971 ini akhirnya tutup usia.
Sejak beberapa hari yang lalu, Ane, yang kerap membina para anak jalanan dan sering berkolaborasi dengan tokoh dunia teater di Kota Bekasi dan beberapa daerah lainnya, terbaring lemah di RSUD Kota Bekasi karena penyakit otak yang dideritanya.
Karena penyakit tersebut tak kunjung sembuh, pada akhirnya ia menghembuskan nafas penghabisannya kemarin, Senin (31/10), pukul 11.45 WIB.
Banyak teman, sahabat, keluarga, dan para petinggi di Kota Bekasi merasa kehilangan sosok Ane.
Syahrul Ramadhan, ketua komunitas Teman Ngopi Bekasi misalnya, ia mengisahkan pertemuan terakhir dirinya dengan seniman ini sekitar dua minggu lalu, sebelum beliau berangkat untuk mengisi materi di berbagai daerah.
Syahrul mengatakan bahwa Ane masih sempat melakukan beberapa aktivitas bersama teman-temannya di Kota Bekasi.
“Sebelum berangkat, almarhum masih sempat bertemu dengan kami,” ujarnya mengisahkan.
Dengan menahan tangis, Syahrul pun mengatakan belum lama ini, ia pun mendapatkan kabar bahwa almarhum sebelumnya didiagnosa menderita virus di bagian otaknya.
“Sempat didiagnosa menderita virus di otaknya, dan dirawat di RSUD Bekasi,” kata dia.
Pesan terakhir almarhum kepada para sahabatnya adalah agar komunitas dapat terus berjalan dan berkarya.
“Pesannya sebelum sakit, ketika minum kopi bersama Sastra Kalimalang (SKM), Sobat Tande, dan Komunitas Teman Ngopi, agar terus berjalan dan berkarya,” ujarnya.
Hal serupa juga diungkapkan Sekjen Forum Studi Mahasiswa untuk Kemanusiaan dan Demokrasi (FSMKD), Hasan Basri.
Kepada infobekasi.co.id, Senin (31/10), Hasan menuturkan, FSMKD, bersama almarhum Ane Sastra Kalimalang mengguyubkan kembali Sobat Tande ditengah hiruk pikuk tahun politik.
Pada awal Oktober pun, Hasan menceritakan, ia bersama dengan almarhum dan teman-temannya yang lain melakukan aksi bersih-bersih makam di Desa Tridaya Sakti, Kecamatan Tambun Selatan.
“Awal bulan Oktober 2016, kami bersama bang Ane bersih-bersih makam atas nama Sobat Tande. Ketika bersih-bersih makam, beliau menasehati kami, bahwa kita akan ke sini lagi, kita yang hidup pasti akan mati,” ujarnya meniru ucapan almarhum.
Bahkan, sambung Hasan, almarhum pun mengingatkan dan berkata, “Kegiatan ini (Sobat Tande) jangan terhenti San. Ini budaya kita, guyub gotong-royong,” pesannya.
Ane Matahari, yang kerap mengkritik para pejabat Kota Bekasi melalui lantunan syair yang dibingkai dalam sebuah lagu, harus meninggalkan satu orang istri dan empat orang anak.
Meskipun almarhum tubuhnya sudah tidak ada lagi, namun karyanya dalam menyuarakan hati rakyat melalui aksi dan lagu serta kritik sosialnya akan selalu dikenang.
Semoga tenang dan bahagia kau di sana Bang Ane. Amin (Apl)