Maman Suherman : Hanya Orang Cerdas yang Bisa Menulis Buku

MEDANSATRIA – Notulen Indonesia Lawak Klub, Maman Suherman, dalam peluncuran buku “Bekasi Rumah Kita” karya Wakil Wali Kota Bekasi, Ahmad Syaikhu, di Hotel Santika Premiere Harapan Indah, beberapa hari yang lalu mengatakan bahwa hanya orang cerdaslah yang mampu menulis buku.

“Izinkan saya ikut berbangga sebagai warga Bekasi dan sebagai pemegang paspor Bekasi, memiliki pemimpin yang memiliki sifat STAF atau Sidiq, Tablig, Amanah, dan Fatonah. Satunya kata dengan perbuatan, mampu berkomunikasi dengan warganya, tidak khianat, dan cerdas. Dan hanya orang cerdas yang bisa menulis buku,” ujar Maman, Kamis malam (09/02).

Menurutnya, Ahmad Syaikhu tentu tahu dan sangat paham kenapa Allah menurunkan ayat pertama Iqro dan surat kedua, Al-Qalam yang artinya pena.

“Kita yang mengaku mayoritas Muslim, yang ayat pertamanya Iqro, malah menjadi nomor dua sebagai negara literasi dari belakang, yaitu nomor enam puluh dari enam puluh satu negara. Ironis sekali. Dimana dari 1.000 orang hanya satu yang suka membaca, artinya dari 250 juta, cuma 250 ribu yang suka membaca. Sedihnya lagi, sudah jarang baca tapi paling cerewet. Indonesia dikenal sebagai negara nomor lima paling cerewet, dan Jakarta kota nomor satu di dunia paling cerewet di twitter. Lima belas tweet per sekon,” katanya.

Sementara Bekasi, bagi Maman adalah planet yang adem, karena tidak secerewet Jakarta, warga di Bekasi masih sediakan time reading dalam keluarga.

“Kalau mau tahu seluk beluk Kota Bekasi dan capaiannya, bagaimana isi rumah kita dan halamannya, baca buku “Bekasi Rumah Kita”. Potret jujur Kota Bekasi dari warga biasa yang kebetulan mendapat amanah jadi wakil wali kota,” ucap Maman.

Sebagai Warga Jatibening, Bekasi, Maman mengatakan bahwa membaca buku ini ialah seperti melihat cermin diri dari wajah warga-warga dan Bekasi sendiri sebagai kota religi yang menghargai perbedaan dan tak henti merawat serta merajut kebhinekaan.

“Saya terpaut pada halaman 98, berjudul Karena Ia Adalah Anugerah Terindah, bagi saya Bekasi adalah berkah dan anugerah terindah. Bekasi adalah rahmat. Di sini anak-anak saya lahir dan dibesarkan. Sekolah di Iqro Jatimakmur dan Ibnu Abbas Jatiasih, sama dengan sekolah anak Pak Syaikhu. Bahkan anak kelima Pak Syaikhu, Izzudin Hamas, sekelas dengan anak perempuan saya sejak TK. Semoga saja berjodoh,” candanya.

Bekasi bagi Maman bukanlah ruang hampa, walau pertama kali saat membeli tanah di Jatibening 2 tahun 1988, dirinya mengaku seperti menuju tempat jin buang anak.

“Tidak ada aspal saat itu, seperti tempat jin buang anak. Dan di buku ini menjelaskan bagaimana ruang-ruang hampa itu terisi. Ada kesadaran kolektif untuk hidup bersama-sama. Di sini saya hidup, bersujud, dan kemungkinan dimakamkan,” tutur dia. (Sel)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini