BEKASI TIMUR – Pemerintah Kota Bekasi akan menanggung biaya Ramadan Dirfansah, putra ketiga pasangan Saidah (36) dan Rohadirta (38) yang selama empat tahun sejak kelahirannya harus bertahan hidup tanpa anus.
“Sudah kami bawa ke RSUD Kota Bekasi untuk mendapat tindakan medis lebih lanjut,” ujar Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi, saat mendatangi kediaman keluarga Ramadan di Kampung Poncol RT 05 RW 24, Kampung Poncol, Kelurahan Margahayu, Kamis (09/03)
Pria yang akrab disapa Pepen ini juga langsung meminta Kepala Dinas Kesehatan dan RSUD Kota Bekasi, Kusnanto, agar memberikan perawatan secara intensif bagi warga Kota Bekasi tersebut.
“Sudah, sekarang orangtua Ramadan tidak perlu takut, soal biaya akan ditanggung Pemerintah Kota Bekasi. Biar lebih terkontrol, dan keluarganya juga tidak perlu repot bolak-balik, maka dirawat di RSUD, kasihan mereka,” ucap Pepen.
Diketahui, Ramadan lahir pada 7 Agustus 2012 dengan kelainan anus imperforata. Kelainan terjadi ketika tidak ada pembukaan di ujung saluran pencernaan atau tidak ada lubang di anus. Belum diketahui penyebab pasti kelainan ini, namun diperkirakan hal ini terjadi pada satu dari 5.000 bayi.
Ayahnya, Rohadirta menuturkan, putra bungsunya lahir pada Agustus 2012 di RSUD Kota Bekasi. Ia lalu dirujuk ke RSCM atau Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat. Ramadan sudah menjalani perawatan di RSCM selama tiga tahun.
“Sejak lahir di RSUD Kota Bekasi langsung disuruh ke RSCM karena di RSUD peralatannya belum komplit, dokter poli bedah anaknya nggak ada. Lahir tiga hari langsung operasi bikin lubang anus di bawah perut sebelah kiri,” tutur Rohadirta.
Dokter sudah melakukan kolostomi atau pembuatan lubang buatan di bagian bawah perut untuk membuang kotoran yang ada di dalam tubuh Ramadan pada 2012. Selang setahun, ia juga menjalani operasi pembuatan anus di RSCM.
Akan tetapi, hingga kini belum ada perkembangan sama sekali. Sampai usia empat tahun, Ramadan masih mengeluarkan kotoran lewat lubang di bagian bawah perut yang dibalut kain. Tiap bulan, ia membutuhkan dua pak kain kasa. Lubang di anusnya sudah dibedah, tapi tidak bisa berfungsi lantaran terlambat mendapat perawatan pascaoperasi.
“Tahun 2013 dibedah di RSCM, tapi karena telat beli alatnya, jadi lubang anus yang sudah dibuat malah menciut lagi. Harusnya tiga bulan setelah pembuatan lobang anus di pantat, tapi ini satu tahun kemudian baru beli karena lumayan mahal,” ujar dia.
Orangtua Ramadan tidak mempunyai kecukupan dana. Biaya perawatannya bisa menelan dana sampai Rp 6 juta.
Rohadirta sendiri sehari-hari hanya berprofesi sebagai Satpol PP Kota Bekasi. Penghasilannya yang Rp 2,2 juta per bulan dipakai untuk biaya pengobatan anak dan lain-lain. Jadi gajinya tiap bulan hanya tersisa Rp 50 ribu. (Sel)