Infobekasi.co.id – Kabupaten Bekasi yang identik dengan kawasan Industri memiliki destinasi wisata baru. Tempatnya cantik, asri dan tentunya recomended jadi tempat ber-selfie. Adalah Taman Bunga Matahari Bekasi di Kampung Rawakeladi, Desa Sukamurni, Kecamatan Sukakarya.
Uniknya, tempat ini tidak sekadar menyuguhkan lokasi wisata taman, namun upaya warga sekitar mengubah kampung menjadi lokasi layak berkunjung.
“Ini buah dari terus-menerus kami mengajak warga bahwa potensi wisata itu ada. Awalnya warga tidak mau sampai akhirnya mau juga,” kata Ketua Kelompok Budi Daya Kebun Taman Bunga Matahari Bekasi, Sarman Faisal dikutip dari Pikiran Rakyat.
Taman Bunga Matahari Bekasi merupakan destinasi yang dibangun secara gotong royong oleh warga sekitar. Terlebih, sebelumnya lokasi ini merupakan tempat pembuangan sampah warga sekitar.
Seperti namanya, destinasi wisata ini menyuguhkan bunga matahari sebagai daya tarik. Sedikitnya ada 2.000 tangkai bunga matahari yang ditanam di taman seluas 2.000 meter persegi ini. Menurut pengelola, bunga matahari ini telah berumur dua bulan yang berarti memasuki fase mekar sempurna. Cantik.
Ketika pertama masuk ke lokasi taman, pengunjung langsung disambut bunga matahari yang tumbuh berbaris. Pengunjung dapat memasuki barisan taman bunga untuk mengambil gambar sekaligus menjadi salah satu spot wajib untuk berswafoto. Namun pengunjung tidak diperkenankan memetik bunga. Apalagi, merusak tanaman yang telah tumbuh hingga setinggi pinggang orang dewasa ini.
Selain taman bunga, destinasi ini pun menyuguhkan permainan bebek kayuh di atas kolam. Kemudian ada beberapa lokasi foto lainnya dengan latar menarik, seperti rangkaian ranting berbentuk hati atau di pintu masuk taman.
Karena keunikannya, Taman Bunga Matahari Bekasi langsung dikunjungi oleh 1.200 orang pada hari pertama dibuka, pekan lalu. “Jadi kami kan sebelum buka coba promosi ke warga sekitar, juga media sosial kalau ada taman bunga matahari mau dibuka. Ternyata lumayan antusias, alhamdulillah ramai,” kata Sarman.
Diungkapkan Sarman, taman ini terinspirasi dari tempat wisata serupa di Brebes, Jawa Tengah. Saat berkunjung, Sarman melihat warga Brebes begitu antusias menikmati wisata taman yang kemudian coba diaplikasikan di Bekasi. “Cuma saya inginnya ini juga bisa melibatkan warga, bisa sama-sama ikut. Sama-sama membangun kampung ini biar maju, tapi tidak gampang,” kata dia.
Awalnya warga sekitar memandang sebelah mata potensi wisata di daerahnya. Mereka lebih memilih menggunakan lahannya bertani. “Mereka masih pikir wisata nilai ekonominya di mana. Dari pada tanam bunga matahari mending tanam cabai biar bisa dijual. Tapi terus saya coba, saya kasih video-video tempat wisata yang maju, nonton bareng-bareng, akhirnya pada mau,” ucapnya.
Setidaknya pembangunan taman ini membutuhkan waktu enam bulan dari mulai penyiapan lahan, saran dan prasarana sampai menanam bunga. “Kalau bunga ini menunggunya dua bulan langsung mekar,” kata dia.
Diungkapkan Sarman, keberadaan taman matahari ini tidak hanya mengincar jumlah kunjungan, namun meningkatkan potensi ekonomi sekitar. Pengembangan taman ini pun didukung menjadi program studi kewirausahaan bersama sejumlah teman mahasiswanya.
“Didukung juga sama kampus, mulai dari promosi dan sebagainya. Jadi selain warga ada sekitar sepuluh mahasiswa termasuk saya yang ikut mengembangkan,” ujar Sarman yang juga mahasisa Universitas Al Azhar Jakarta ini. (fiz)