infobekasi.co.id – Mengembala kambing pada era 90-an masih banyak terlihat di sekitar Kaliabang Tengah, Bekasi Utara. Luasnya lahan pesawahan, kebun dan rumput hijau saat itu masih bisa dijumpai. Tak sulit menemukan para pengembala kambing (bocah angon).
Usai sekolah, siang hari kambing-kambing tersebut di lepas dari kandang, digiring ke pinggir sawah yang ada rerumputan hijau. Beberapa bocah angon terlihat membawa ‘senjata’ berupa sabetan (tambang yang diikat dikayu), untuk menggiring kambing peliharaannya.
Biasanya kambing yang diangon tersebut milik pribadi. Awalnya hanya dua ekor (jantan dan betina), seiring waktu berjalan menjadi bertambah banyak. Ada juga warga yang hanya punya satu ekor kambing bentina, dikawinkan dengan pejantan milik tetangga, biasanya bagi hasil jika kambing tersebut beranak.
Lumayan, dari hasil ngangon kambing, bocah bisa bayar kebutuhan sekolah dan jajan. Musim Idul Adha adalah musim ‘panen’ kambing pejantan untuk di qurban. Bisasanya bocah yang ngangon kambing itu sedih, lantaran hewan yang tiap hari digembalakan harus dijual.
Seiring waktu berjalan, lahan pematang sawah dan kebun tergerus pembangunan. Rumput sebagai makanan utama kambing mulai jarang, berangsur bocah ngangon kambing sudah jarang terlihat.
Hanya terlihat beberapa ekor kambing di sudut bangunan yang masih menyisakan rerumputan. Bocah angon pun sudah tak nampak batang hidungnya. Tak menutup kemungkinan, kambing yang dulu banyak di perkampungan, suatu saat hanya dilihat di kebun binatang.
Seorang bocah pengembala kambing, yakni Fadul, anak muda berkulit sawo matang kelahiran Kaliabang Tengah, Bekasi Utara ini hanya melamun sembari duduk dipinggir tembok bangunan menjulang, menemani dua ekor kambingnya yang mulai kesulitan mencari rerumputan hijau.
(drs)
Editor: D.Rosyadi