Sayur Ciput Olahan Orang Bekasi, Nostalgia Rasa yang Pernah Ada

Infobekasi.co.id – Sayur ciput/siput, ada juga yang menyebutnya tutut, hidangan khas lokal berbahan dasar keong air tawar yang kini mulai langka dimasak orang Bekasi. Lebih dari sekadar makanan, sayur ciput adalah jendela menuju kenangan masa lalu, ketika sawah-sawah masih menghampar luas dan tutut menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat.

Sekedar informasi, tutut, atau siput sawah, adalah hewan moluska banyak ditemukan di ekosistem sawah. Selain menjadi sumber makanan bagi beberapa jenis ikan dan burung, tutut juga berperan penting dalam menjaga kebersihan sawah. Mereka memakan alga dan detritus, membantu mengurai bahan organik dan mencegah pencemaran air. Kehadiran tutut menjadi indikator alami bahwa sawah tersebut masih sehat dan tidak tercemar pestisida.

Namun, seiring dengan modernisasi pertanian dan penggunaan pestisida yang berlebihan, populasi tutut di sawah-sawah Bekasi semakin berkurang. Hal ini berdampak pada ketersediaan bahan baku untuk membuat sayur ciput. Meski begitu, para pencinta kuliner tradisional tak menyerah. Mereka mencari tutut hingga ke pelosok desa, bahkan membudidayakannya secara mandiri untuk memenuhi kebutuhan.

Memasak sayur ciput bukanlah perkara sulit, namun butuh kesabaran. ibaratnya otek-otek buntut kebo. Membutuhkan ketelatenan dan resep yang tepat. Langkah pertama adalah membersihkan tutut dari lumpur dan kotoran menempel. Kemudian, ujung cangkang tutut dipotong agar bumbu meresap dan dagingnya mudah dikeluarkan saat disantap.

Bumbu yang digunakan pun cukup sederhana, yaitu bawang merah, bawang putih, cabai, kunyit, jahe, serai, dan daun salam. Semua bumbu dihaluskan dan ditumis hingga harum, lalu dimasukkan ke dalam rebusan tutut. Proses memasak memakan waktu sekitar 30-45 menit, hingga bumbu meresap sempurna dan daging tutut menjadi empuk.

Yang membuat sayur ciput istimewa adalah cita rasanya yang pedas, gurih, dan sedikit manis. Sensasi pedas berasal dari cabai rawit yang ditambahkan sesuai selera. Rasa gurih berasal dari kaldu tutut yang keluar saat direbus. Sedangkan rasa manis berasal dari gula merah yang ditambahkan sebagai penyeimbang rasa.

Menyantap sayur ciput bukan hanya sekadar mengenyangkan perut, tetapi juga menghadirkan pengalaman yang unik dan menyenangkan. Cara menikmatinya pun berbeda dengan hidangan lain. Kita harus “mengecrok” atau menyedot daging tutut dari cangkangnya. Bagi sebagian orang, proses ini membutuhkan keterampilan khusus. Namun, justru di situlah letak keseruannya.

Saat daging tutut masuk ke mulut, sensasi rasa pedas, gurih, dan manis langsung menyebar. Tekstur daging tutut yang kenyal dan sedikit liat menambah kenikmatan hidangan ini. Tak heran, banyak orang yang ketagihan dan rela menghabiskan seporsi sayur ciput sendirian.

Sayur ciput biasanya disajikan sebagai lauk pendamping nasi putih hangat. Beberapa orang menambahkan sambal terasi atau kerupuk untuk menambah cita rasa. Hidangan ini cocok dinikmati saat cuaca dingin atau saat berkumpul bersama keluarga dan teman-teman.

Di tengah arus modernisasi yang semakin deras, sayur ciput hadir sebagai pengingat akan kekayaan warisan kuliner dan kearifan lokal masyarakat Bekasi. Hidangan ini bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga simbol pelestarian budaya dan identitas daerah.

Dengan menghidupkan kembali resep sayur ciput, warga Bekasi turut berkontribusi dalam menjaga dan melestarikan tradisi kuliner telah diwariskan dari generasi ke generasi. Semoga sayur ciput tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Bekasi, dan terus dinikmati oleh generasi mendatang.

Nah, kalian ada yang pernah mencoba atau bahkan kangen dengan sayur ciput?

Editor : D. Rosyadi

#Tutut #infobekasi #Bekasi #Siput #Bekasi

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini