Jejak Munding di Sasak Kuning, Cerita dari Kampung Wates Babelan Bekasi

infobekasi.co.id –  Di Kampung Wates, Desa Kedung Jaya, Kabupaten Bekasi, berdiri sebuah jembatan yang dikenal dengan nama Sasak Kuning. Namun, tahukah Anda asal-usul nama yang melekat erat di hati penduduk setempat ini?

Dahulu kala, sebelum jembatan itu dikenal dengan sebutan Sasak Kuning, Ia dipanggil Sasak Munding. “Munding,” dalam bahasa Sunda, berarti kerbau. Dahulu, kawasan ini menjadi lintasan bagi kawanan kerbau yang mencari makan atau sekadar berpindah tempat.

Seiring berjalannya waktu, perubahan zaman membawa perubahan pula pada nama jembatan ini. Masyarakat Kampung Wates, dengan kearifan lokalnya, mulai menyebutnya Sasak Kuning. Alasannya sederhana, lidah kampung lebih mudah melafalkan nama itu.

“Sasak Munding jadi Sasak Kuning. Keseringan nyebut Sasak Kuning, lama kelamaan jadi kebiasaan jadinya,” ujar seorang warga setempat saat berbincang dengan Tim Infobekasi.co.id, beberapa waktu lalu.

Namun, cerita tentang Sasak Kuning tidak hanya tentang kerbau. Ada pula kisah tentang praktik animisme yang pernah mewarnai kehidupan masyarakat di sekitar jembatan ini. Konon, ada kepercayaan bahwa jembatan itu memiliki kekuatan magis. Oleh karena itu, orang-orang zaman dulu sering memasang sesajen berupa kepala kerbau di sana.

Namun, seiring dengan masuknya ajaran agama, adanya sekolah berbasis Islam dan banyak guru-guru ngaji, sehingga meningkatnya kesadaran spiritual masyarakat Kampung Wates, praktik animisme itu berangsur-angsur menghilang.

“Semenjak banyaknya kegiatan keislaman dan sudah banyak warganya yang paham agama, kebiasaan itu hilang dengan sendirinya,” tutur seorang warga yang bekerja di Desa Kedung Pengawas, enggan disebutkan namanya.

Kini, meski jembatan itu telah dicat dengan warna biru, masyarakat Kampung Wates tetap setia dengan sebutan Sasak Kuning. Lebih dari sekadar nama, Sasak Kuning telah menjadi identitas kampung, penanda lokasi, dan tempat bertemunya warga.

“Kalau orang luar yang baru kesini (Kp.Wates) masih bingung cari rumah warga. Biar gak ribed, udah ketemuan atau janjian di Sasak Kuning. Ntar kita samperin/jemput disitu,” jelasnya.

Ironisnya, di balik kisah heroik dan identitas yang melekat pada Sasak Kuning, kini jembatan itu dikelilingi oleh tanaman enceng gondok yang tumbuh subur. Pemandangan ini menjadi ironi tersendiri, seolah mengingatkan kita bahwa sejarah dan identitas perlu dijaga dan dilestarikan, termasuk lingkungan di sekitarnya.

Demikianlah hikayat Sasak Kuning Kampung Wates, sebuah jembatan yang menyimpan cerita tentang kerbau, animisme, perubahan zaman, dan identitas kampung. Semoga hikayat ini dapat menginspirasi kita untuk lebih menghargai sejarah dan menjaga lingkungan di sekitar kita.

(Dede Rosyadi)

Dokumentasi: Pepeng

#infobekasi #SasakWates #Bekasi #Kp.Wates

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini