Bekasi Selatan – Tim P3BM dari Bappenas bersama Bappeda Kota Bekasi melakukan analisis terhadap data-data yang digunakan dalam pembangunan di Kota Bekasi sebelum peluncuran P3BM.
Direktur P3BM, La Ega menuturkan, isi dari data-data tersebut sangat beragam, di antaranya terdiri dari 70 persen data sektoral dan 30 persen data statistik.
Dalam analisis yang dilakukan, dari 91 indikator, Bekasi hanya mencapai 71 persen lebih. Artinya ada sekitar hampir 30 persen data yang belum terkelola dengan baik.
“Itu kita petakan mulai dari kelurahan, kecamatan, sampai tingkat kota, data itu di update setiap setahun sekali,” katanya.
Salah satu manfaat yang dapat dioptimalkan atau digunakan melalui data base tersebut ialah dapat mengetahui pergerakan angka kemiskinan di Kota Bekasi.
“Dalam tools nanti akan memperlihatkan kuantitas dan kualitas data yang ada untuk mendukung bagaimana kualitas perencanaan di suatu daerah,” ujarnya.
SMART CITY
Data base yang dihasilkan dari P3BM juga selain berguna untuk membantu menyelesaikan masalah perekonomian seperti kemiskinan, serta lingkungan, dapat juga membantu mengenai masalah sosial.
Selain itu, P3BM juga dapat mendukung terwujudnya cita-cita Kota Bekasi menjadi Smart City.
Wakil Walikota Bekasi Ahmad Syaikhu mengatakan, data-data yang disajikan dapat digunakan untuk merencanakan, menganggarkan, dan memantau program yang ada.
“Salah satu indikator Smart City ialah terkoneksinya data dengan semua perangkat daerah, semua data terkoneksi ke semua SKPD dan pemangku jabatan itu semua bisa jadi kontroling dan alat kendali semua program pemberdayaan yang ada,” papar Syaikhu.
Ia pun meminta untuk semua SKPD agar dapat melaporkan capaian program yang telah dilaksanakan dalam mempersiapkan Smart City. “Nanti itu bisa dijadikan tools kita kedepan dalam mengambil kebijakan,” tandasnya. (fhi)