Perubahan situasi politik sebuah negara secara sosiologis berdampak pada masyarakat. Kehidupan sosial masyarakat pun berubah menjadi lebih sulit dan tidak bermoral. Potret suram ini berhasil diangkat Xie Fei ke dalam film lawas berjudul Black Snow yang diputar dalam acara Movie Screening and Masterclass, di President University, pada Rabu siang (25/10).
Xie Fei, yang juga profesor di Beijing Film Academy, turut menyaksikan pemutaran film bersama para dosen dan puluhan mahasiswa Film dan TV President University. Acara kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab, dimana Xie berbagi pengalamannya tentang film, serta sebagai saksi hidup masa Revolusi Budaya Cina pada 1989, yang menjadi latar film tersebut.
Dilansir dari Washington Post, para kritikus Cina mengakui bahwa film Black Snow merupakan film Cina terbaik pada 1989. Film ini bercerita tentang seorang mantan narapidana, yang diperankan oleh Jian Weng, kembali ke Beijing untuk mencari keluarga, teman, maupun kerabatnya setelah bebas dari penjara. Alih-alih bertemu keluarga, ia justru dikejar-kejar oleh geng-geng yang ingin mengajaknya kembali ke dunia kriminal.
Film ini dibuat berdasarkan novel karya Liu Heng dengan judul yang sama.
Pakar komunikasi antar budaya, Dindin Dimyati, mengapresiasi pemutaran film Black Snow ini. Ia menuturkan, film ini membawa perspektif baru dalam film Cina.
“Film ini membawa perspektif baru kepada saya dan juga mahasiswa kami, bahwa film-film Cina bukan hanya bercerita tentang kisah pendekar kung-fu dan legenda kekaisaran, tetapi ada juga film yang bertema sosial politik, seperti dalam film ini. Bahkan rating di situs IMDB pun tidak kalah dengan film-film Hollywood,” tutur Dindin.
President University merupakan salah satu kampus yang menjadi tuan rumah masterclass dan tempat pemutaran film-film Xie.
Selain acara film, kunjungan Xie diselingi juga dengan audisi reporter, serta pameran edukatif teknologi layar hijau.
.){kind=link}