Musim Simulasi Perkawinan

Politisi yang memiliki target pada pemilihan kepala daerah (Pilkada) tahun 2018, denyut nadinya mulai kembang kempis. Tekanan darahnya naik turun. Pandangannya mulai gagal fokus, tidak terarah pada satu objek. Matanya memandang berbagai sisi. Yang jelas bukan kaca mata kuda. Karena jika lengah sedikit, bisa amsyong.

Adalah wajar demikian, mengingat tahun depan Kota Bekasi akan mengikuti pesta demokrasi 5 tahunan. Memilih pemimpin yang dipercaya untuk mengurusi kebutuhan dan persoalan Kota Bekasi. Kontestasi ide dalam menata dan membangun kota Patriot.

Sistem politik kita memungkin pemimpim yang akan ikut kontestasi bisa menggunakan dua jalur; melalui partai politik dan independen. Bisa dipastikan fasilitas jalur independen tidak akan ada yang menggunakannya pada Pilkada 2018. Hingga hari ini, calon independen belum ada yang bergeliat atau setidaknya mengintroduksi diri ke publik. Tinggal beberapa bulan lagi menuju proses Pilkada 2018.

Ada apa dengan gerakan civil society Kota Bekasi? Berbeda dengan Kabupaten Bekasi yang memiliki kontestan dari jalur independen. Pilkada Kabupaten Bekasi menarik, calon independen bisa mengalahkan calon yang diusung oleh partai besar sekelas PDIP. Pasangan independen Obon Tabroni-Bambang Sumaryono meraih 208.223 suara, sementara pasangan yang diusung PDIP Meilina Kartika Kadir-Abdul Kholik meraih 113.596 suara.

Alfanya calon independen pada Pilkada 2018 menjadi pertanda gerakan civil society lemah di Kota Bekasi. Gerakan civil society gagal dalam konsolidasi gerakan dan ide. Akibatnya, gerakan civil society tidak bisa menawarkan pemimpin alternatif diluar kaderisasi partai politik. Padahal, jika kekuatan civil society kuat maka akan jadi alat kontrol partai politik yang paling efektif.

Sekarang masyarakat Kota Bekasi tinggal menunggu hasil negoisasi elit partai politik. Masyarakat Kota Bekasi tentu tidak ada pilihan selain mengikuti tindak tanduk elit partai politik dalam menentukan kandidat. Yang bisa dilakukan saat ini menunggu apa keputusan elit partai politik. Siapa sosok yang akan mereka ajukan dalam Pilkada 2018 menjadi keputusan elit partai. Baik atau buruk calon yang diajukan rakyat terima saja layaknya pilihan berganda. Tidak ada jawaban esay.

Berkualitas atau tidaknya kandidat yang akan meramaikan bursa Pilkada 2018 berada di tangan elit partai politik. Sebagai warga tentu kita berharap para elit partai politik bisa menyajikan pasangan calon walikota yang berbobot dan memiliki integritas.

Kualitas Pilkada 2018 sangat ditentukan oleh partai politik sebagai pengusung “penganten”. Masyarakat pun akan bergaraih menggunakan hak pilihnya jika para kandidat bisa menampilkan gagasan dan integritas yang menawan.

Bulan April hingga Juni 2017 menjadi masa yang sangat menentukan. Proses komunikasi politik akan berjalan dinamis. Negoisasi bergulir antar elit politik. Tawar menawar soal siapa yang akan dimajukan berjalan intensif. Manufer politik pun menjadi pertunjukan.

Manufer politik yang paling hot dua minggu terakhir adalah pernyataan Ketua DPP Partai Golkar Fahd A Rafiq yang mengemukakan ke publik jika ia tidak akan memberikan tiket pada Ketua Golkar Kota Bekasi Rahmat Effendi untuk maju pada Pilkada 2018. Pernyataan Fahd A Rafiq sempat menjadi pemberitaan yang menyita perhatian media lokal dan nasional.

Bukan politisi berida jika Rahmat Effendi tak bisa keluar dari ancaman putra pedangdut A Rafiq itu. Tepat Selasa (14/3), Ketua Umum Golkar Setya Novanto mengatakan DPP mantab dan yakin memberikan rekomendasi kepada Rahmat Effendi. Perdebatan soal Rahmat Effendi dapat tiket atau tidak dari Partai Golkar tutup buku. Otoritas tertinggi Partai Gokar sudah menegaskan akan mengusung kembali Rahmat Effendi pada Pilkada 2018. Pupus sudah keinginan pihak-pihak yang berharap Pepen tidak mendapat tiket dari Partai Golkar. Operasi menggagalkan Pepen dapat tiket Golkar patah pucuk sudah.

Saatnya fokus pada partai lain yang akan mengusung siapa dan membaca pergerakan politik Kota Bekasi. Proses politik April hingga Juni 2017 akan sangat menentukan siapa nama kadidat yang keluar. Proses pra-Pilkada akan sangat menentukan partai mana yang akan sukses di 2018. Bagaimana pun, kemenangan Pilkada 2018 amat sangat ditentukan proses sebelum penetapan calon. Bagi partai yang menghajatkan kemenangan harus cermat dan cerdas dalam mengikuti perkembangan masa-masa pemastian kandidat ini.

Antara April hingga Juni 2017, politik Kota Bekasi akan bergelegak. Simulasi perkawinan politik akan terus mewarnai mass media lokal dan obrolan di sosial media. Etdah, ntar kalo ada yang nayak, Bekasi lagi musim ape…? Loe bilang aje, lagi musim simulasi kawinan!

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini