Rumah Makan Asli Kapau Paling Hits di Bulak Kapal

Infobekasi.co.id – Suasana ramai terlihat di Rumah Makan Asli Kapau, di Jl Joyo Martono, Margahayu, Bekasi Timur, tidak jauh dari perempatan underpass Bulak Kapal, Kamis, 21/07/2022.

Belasan pembeli terpaksa antre, karena yang melayani hanya satu orang, pelayan lainnya membungkus pesanan dan seorang lagi mempersiapkan nasi boks pesanan sebuah perusahaan, “Hapunten, Kang, seueur pesenan,” kata satu pelayana dalam bahasa sunda yang berarti, Maaf Mas, lagi banyak pesanan.

Rumah makan yang menjual masakan khas Minangkabau, tetapi pelayan dan juru masaknya berbahasa Sunda memang sepertinya hanya di tempat ini. Dari pemilik hingga pegawainya berasal dari satu daerah dan uniknya dari Brebes Jawa Tengah, yang mestinya berbahasa Jawa.

Cartim, pengelola Rumah Makan yang sudah belasan tahun di tempat itu mengatakan belajar banyak dari orang Minangkabau dan kemudian membuka usaha sendiri, “Sekarang ada satu cabang di Naga Tambun,” kata Cartim, yang mengaku semua pegawainya berasal dari desa di Bumiayu yang memang sebagian besar berbahasa Sunda.

Meski sama-sama makanan khas Sumatra Barat, tetapi ada beberapa perbedaan antara antara Rumah Makan Padang dan Rumah Makan Kapau. Selain asalnya Kapau adalah nama satu desa di Kabupaten Agam juga menu masakannya.

Di Rumah Makan Kapau ada gulai tambusu (usus sapi yang diisi tahu dan telur), gulai kapau yakni kol, nangka, dan kacang panjang digulai kuah berwarna kuning serta gulai kepala kakap berukuran besar.

Cartim mengatakan gulai kepala kakap seharga Rp 25 ribu hingga 28 ribu, 20 kilo habis selepas duhur, “Biasanya jam 14:00 gulai kepala kakap sudah habis,” jelas Cartim, sambil mengatakan kepala kakap yang jumlahnya 25 dan sertelah diolah menjadi 50 potong, malah sudah ada yang pesan sehari sebelumnya.

Menu khas di Rumah Makan Asli Kapau di Bulak Kapal ini, ada keripik paruh, ikan nila goreng, aneka gulai seperti kikil, cumi, tembusu, limpa, babat dan ayam. Aneka sambal, sambal merah, hijau dan gulai kol, kacang panjang serta daun singkong.

Meski tempatnya kecil, namun yang makan di tempat pun banyak apalagi saat jam istirahat. Pegawai kantoran, pabrik, sopir Transjakta, Mayasari Bhakti dan bahkan bos-bos di pabrik besar menjadi pelanggan.

Harga pun relatif terjangkau, seperti nasi, gulai limpa dan terong sambal Rp 25 ribu, “Mun mahal mah teu hade langganan, Kalau mahal nggak enak sama langganan,” kata Cartim. (saban)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini