Ketika Beko Hingga Kapal Tongkang Hanyut di Kali Bekasi

Infobekasi – Debit air Kali Bekasi meningkat selama dua hari lalu membuat panik penduduk yang bermukim di bantaran Kali Bekasi. Sebab, jika tinggi muka air mencapai 550 centimeter di titik pertemuan Cikeas-Cileungsi, maka rumah-rumah warga berpotensi kebanjiran.

Pada Minggu, 18 November lalu, debit air Kali Bekasi naik setelah merima kiriman dari Cileungsi. Derasnya arus yang turun ke hilir membuat sebuah eskavator atau beko terbawa arus.

Sementara pada Senin pagi, tinggi muka air kembali naik setelah ada gelontoran dari Cikeas. Derasnya arus air membuat sebuah kapal tongkang yang dipakai membuat turap di Babelan terbawa arus dan berhenti di CBL karena tersangkut jembatan.

Plt. Kepala BMKG mengungkapkan proyeksi iklim untuk bulan November hingga desember dan tahun 2025 yang menunjukkan peningkatan potensi bencana hidrometeorologi, seperti banjir, longsor, hingga angin kencang, akibat curah hujan yang diprediksi lebih tinggi dari biasanya. Keadaan ini dipengaruhi oleh fenomena iklim global dan regional yang terjadi sepanjang tahun. Hal ini disampaikan saat Sosialisasi potensi bencana Hidrometeorologi dalam Rapat Koordinasi Inflasi di Kantor Kemendagri. (18/11).

Dwikorita menjelaskan bahwa beberapa faktor utama yang mempengaruhi cuaca dan iklim di Indonesia pada tahun 2025 adalah penyimpangan suhu muka laut di Samudra Pasifik, Samudra Hindia, dan perairan Indonesia. Penyimpangan suhu di wilayah ini berhubungan erat dengan fenomena La Nina, yang menyebabkan peningkatan curah hujan di Indonesia. Selain itu, fenomena Indian Ocean Dipole (IOD) juga mempengaruhi distribusi hujan di wilayah Indonesia.

“Fenomena La Nina yang lemah diperkirakan akan berlanjut hingga awal tahun 2025, menyebabkan suhu perairan Indonesia lebih hangat dari rata-rata, yang pada gilirannya meningkatkan pembentukan awan hujan,” ujarnya.

Editor: Adi T

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini