Wahdah Islamiyah menyelenggarakan acara Muktamarnya di Asrama Haji, Pondok Gede, Jakarta Timur, sebagai kelanjutan dari Muktamar yang diselenggarakan di Masjid Istiqlal, Jakarta, pada Senin lalu (17/07).
Dalam Muktamar kali ini, Wakil Presiden Republik Indonesia, Jusuf Kalla (JK), dan Mantan Menpora, Adhyaksa Dault turut hadir. JK tiba di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur pukul 08.15 WIB, Selasa (19/07). Ia tampak mengenakan kemeja batik dan peci warna hitam. Sedangkan Adhyaksa Dault tiba di lokasi pada pukul 08.00 WIB.
Tema Muktamar III Wahdah Islamiyah kali ini adalah Mewujudkan Indonesia Damai dan Berperadaban dengan Islam yang Wasathiyah.
Dalam sambutannya, JK menyampaikan bahwa ada dua hal yang patut dibanggakan dari Indonesia. Pertama, Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia. Kedua, mayoritas pemeluk Agama Islam di Indonesia berpaham moderasi dan menjunjung tinggi toleransi.
“Selalu kita bersyukur atas situasi seperti ini. Walaupun terkadang kita berfikir, apakah itu cukup? Tentu belum cukup. Hanya dua hal yang menjadi kabar gembira bagi kita, yaitu jumlah dan pemikiran. Tapi itu termasuk potensi yang sangat besar untuk bangsa ini. Kita memahami bahwa Islam bukan hanya sebagai agama, tapi juga merupakan cara kita hidup damai di negeri ini. Kita selalu menghargai baik dengan umat maupun dengan negara lain,” kata JK.
JK juga mengingatkan, sebaiknya umat Islam juga gencar dan maju dalam bidang ekonomi. Tujuannya adalah agar negara dan bangsa ini bisa hidup makmur. Selama ini, umat Islam di Indonesia kurang menonjol di bidang ekonomi, baik nasional maupun global. Ini terbukti dari 100 orang terkaya di Indonesia, hanya sekitar 10 persen yang Muslim.
“Kita kurang berperan di wilayah ekonomi, secara mendunia, juga dalam keilmuan. Apabila kita bicara tentang 100 orang terkaya di Indonesia, 90 persen diyakini bukan dari umat Islam, paling tinggi 10 persen. Tapi kalau ada 100 orang dengan keterbelakangan ekonomi, 90 persennya adalah umat Islam. Situasi seperti ini merupakan tantangan di mana kita harus bekerja sama untuk menanganinya. Pemerintah harus menciptakan pemerataan yang baik. Bukan sekedar bagaimana caranya berakhlak baik, tapi juga berusaha bagaimana caranya agar membawa kehidupan yang baik,” kata JK.
“Selalu saya katakan bahwa doa kita, keinginan kita, doa siapa saja, pasti ditutup dengan Rabba atina fiddunya hasanah. Itu pasti. Keinginan bahwa ingin mencapai kebahagian dunia kemudian mencapai kebahagian akhirat. Selalu dunia terlebih dahulu kemudian akhirat. Maka selalu saya sampaikan bahwa program ekonomi sangat penting,” tambahnya.
Untuk itu, JK berharap agar gerakan yang harus dilakukan jangan selalu terpusat pada kegiatan sosial, tetapi gerakan bidang ekonomi juga harus lebih digencarkan.
“Maka gerakan yang harus dilakukan bukan hanya sosial, tapi gerakan ekonomi juga mesti. Mengajak semuanya berani berdagang dengan baik. Menjalani profesi dengan baik. Itulah tujuan kita semua. Jangan hanya perhatikan bagaimana baju kita, bagaimana janggut kita, akan tetapi, tanyakanlah kerja kita apa? Usaha kita apa? Pertanian kita baik atau tidak? Jangan hanya sunnah Rasulullah yang berjanggut saja yang dijalani. Rasulullah juga berdagang, maka cobalah berdagang sesuai dengan sunnah,” kata JK.
“Kita akan dihargai sebagai bangsa yang maju kalau kita maju secara duniawi. Karena itulah kita mesti bisa membangun sekolah yang baik, madrasah yang baik, rumah sakit yang baik,” ujarnya.
Ahmad Zarqan