Infobekasi.co.id – Nelayan di Kecamatan Muaragembong, Kabupaten Bekasi mengeluh hasil tangkapannya menurun. Salah satu penyebabnya, banyak kapal besar mencari ikan di perairan dangkal.
Nelayan setempat juga khawatirkan lingkungan akan rusak. Karena kapal-kapal besar itu mencari ikan menggunakan pukat harimau.
Keberadaan kapal besar di perairan dangkal telah terjadi sejak beberapa tahun terakhir. Nelayan menyebut ada sekitar 50 kapal besar yang setiap hari bersandar di perairan dangkal Muaragembong.
“Kalau satu (kapal) kali. Nah ini banyak banget, 50 kapal ada kali. Itu juga ada masih sisa satu kapal masih kelihatan,” kata Bada (40), nelayan Muaragembong, Senin (25/7).
Dia mengatakan, puluhan kapal besar biasanya masuk ke perairan Muaragembong sejak malam hingga siang hari. Mereka juga seringkali memasuki perairan dangkal yang menjadi tempat nelayan mencari ikan.
“Bayangin aja, itu kapal-kapal diamnya dekat ke pantai. Itu bisa jarak lima kilometer dari pantai, berarti kan sekitar tiga mil. Bahkan pernah sampai dua kilometer dari pantai, itu kan dekat banget,” katanya.
Bada menuturkan, saat ini nelayan setempat tidak bisa berbuat apa pun dan pasrah melihat keberadaan kapal besar di perairan dangkal. Beberapa nelayan terpaksa mencari ikan di lokasi yang lebih jauh.
Baca juga : Solar Bersubsidi di Muaragembong Bekasi Diselewengkan, 5 Orang Dibekuk
“Jadinya ya kami mah dapatnya sisaan kapal,” ucapnya.
Persoalan yang dialami nelayan Muaragembong saat ini tidak hanya masalah keberadaan kapal besar. Tapi, mereka juga mengeluhkan sulitnya mendapat bahan bakar solar bersubsidi.
Karena untuk mendapatkan bahan bakar bersubsidi, nelayan harus membelinya di SPBU Batujaya, Kabupaten Karawang. Pasalnya, di Kecamatan Muaragembong tidak ada satu pun SPBU.
Penjabat Bupati Bekasi Dani Ramdan mengatakan sudah melaporkan persoalan yang dialami nelayan Muaragembong tersebut ke Jawa Barat. Hal itu dia sampaikan kepada nelayan saat berkunjung ke Muaragembong.
“Saya sudah komunikasi langsung dengan kepala Dinas Kelautan Jabar tentang kondisi yang terjadi di Muaragembong. Memang soal pukat harimau dan keberadaan kapal besar ini harus segera ditangani karena menyulitkan nelayan dan merusak lingkungan. Maka saya dorong agar ini dapat segera diatasi,” katanya.
Sedangkan soal sulitnya mendapatkan solar bersubsidi, Dani megatakan sudah diusulkan untuk dibangun SPBU khusus nelayan.
“Usulan sudah disampaikan ke Pertamina dan sedang dikaji. Saya berharap bisa segera direalisasikan. Meski bukan SPBU besar namun yang kecil pun tidak masalah agar kebutuhan solar nelayan bisa tercukupi. Kita harus kawal bersama usulan ini,” ungkapnya.(kendra)