infobekasi.co.id – Di tengah geliat pembangunan dan arus kendaraan bermotor yang makin padat, satu suara khas masih sesekali terdengar melintasi gang-gang sempit dan jalan pedesaan Bekasi, kring… kring…, suara bel sepeda ontel, saksi bisu masa lalu belum lekang ditelan zaman.
Sepeda ontel, atau lebih akrab disebut sepeda jengki oleh masyarakat lokal, adalah kendaraan bersejarah dulunya banyak digunakan oleh para guru, petani, dan pejabat desa di Bekasi pada era 1950 hingga 1980-an.
Dikenal dengan rangkanya yang kokoh dan posisi duduk tegak yang ergonomis, sepeda ini menjadi pilihan utama untuk menempuh jarak jauh, dari desa ke kota, dari rumah ke ladang.
Ontel bukan sekadar sepeda. Dilansir dari beberapa sumber, Ia adalah peninggalan kolonial. Merek-merek seperti Gazelle, Fongers, dan Raleigh dibawa oleh penjajah Belanda ke Indonesia, termasuk ke Bekasi dulunya menjadi salah satu daerah agraris penting di timur Jakarta.
Pada masanya, ontel menjadi simbol status sosial. Tak semua orang mampu memilikinya. Namun seiring waktu, sepeda ini menyebar luas di masyarakat dan menjadi kendaraan sehari-hari. Di Bekasi, banyak warga tua masih menyimpan ontel sebagai warisan keluarga. Ada dirawat rapi, ada pula sudah kusam tapi tetap bisa dikayuh.
Komunitas Ontel: Merawat Warisan, Menyatukan Generasi
Kini, sepeda ontel tidak sekadar kendaraan. Ia menjadi jembatan nostalgia, media edukasi sejarah, bahkan alat silaturahmi antargenerasi. Di Bekasi, berbagai komunitas sepeda ontel tumbuh aktif, seperti KOBA (Komunitas Ontel Bekasi Asli) dan KOSAKI (Komunitas Sepeda Klasik Indonesia) Bekasi Raya.
Komunitas-komunitas ini rutin menggelar gowes budaya, menyusuri jalanan kampung dengan pakaian tempo dulu. Tak jarang mereka tampil dalam parade hari kemerdekaan, perayaan hari jadi kota, atau kegiatan napak tilas perjuangan rakyat Bekasi.
“Saat kita gowes pakai ontel, bukan cuma bersepeda. Kita bawa cerita. Cerita perjuangan, cerita kesederhanaan, dan rasa cinta tanah air,” ujar Eko Supriyatna, salah satu pegiat komunitas ontel dari Tambun.
Ontel dan Lanskap Bekasi
Mengayuh sepeda ontel di Bekasi membawa sensasi yang berbeda. Masih ada beberapa rute ideal bagi para pecinta sepeda klasik ini. Jalur sawah di Pebayuran, jalan rindang di Cibarusah, atau jalur tenang di Sukatani dan Setu, seolah membawa pengendara kembali ke masa lalu.
Tak sedikit fotografer dan wisatawan lokal ikut mengabadikan ontel dalam lanskap pedesaan Bekasi yang hijau dan asri. Dalam foto yang beredar, sepeda ontel sering terlihat berpose di depan hamparan sawah, pohon kelapa, dan jalan aspal sunyi, melambangkan keseimbangan antara kemajuan dan kenangan.
Meski memiliki daya tarik budaya yang kuat, sepeda ontel menghadapi tantangan di era modern. Suku cadang yang semakin langka, pemeliharaan yang rumit, serta kurangnya perhatian dari pemerintah daerah menjadi hambatan.
Namun, peluang juga terbuka lebar. Beberapa sekolah di Bekasi mulai mengenalkan sejarah melalui kegiatan “belajar naik sepeda tua”, sementara pelaku pariwisata lokal melihat ontel sebagai bagian dari potensi wisata heritage.
Sepeda ontel bukan sekadar kendaraan klasik. Ia adalah bagian dari identitas lokal, penanda sejarah perjuangan rakyat, dan simbol semangat hidup yang sederhana namun bermakna.
Selama masih ada yang bersedia mengayuhnya, mengenakannya dalam pakaian tempo dulu, dan merawatnya dengan cinta, sepeda ontel akan terus melaju. Bukan hanya di jalan, tapi di hati generasi muda Bekasi, sebagai warisan yang tak pernah mati.
Deros / infobekasi
#SepedaOntel #infobekasi #SepedaJengki