Lampu Petromak, Terang di Tengah Gelapnya Malam Bekasi Tempo Dulu

Infobekasi.co.id – Sebelum listrik masuk secara merata ke kampung-kampung di Bekasi, warga setempat mengandalkan lampu petromak sebagai sumber penerangan utama saat malam tiba. Suara khas mendesis dan cahaya terang dari lampu ini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan malam masyarakat hingga awal 1980-an.

Lampu petromak, atau dikenal juga sebagai lampu tekanan tinggi, menggunakan bahan bakar minyak tanah (kerosin) yang dipompa hingga menghasilkan tekanan. Gas yang keluar akan menyala pada kawat pijar atau kain kasa (mantel lamp), menghasilkan cahaya putih terang yang jauh lebih kuat dibandingkan lampu sentir biasa.

“Kalau dulu pas malam, suara ngeses petromak itu jadi tanda rumah sudah siap istirahat. Anak-anak belajar, orang tua ngopi,” kenang Haji Rosid, warga asli Bekasi Utara, Kaliabang Tengah, yang kini berusia 62 tahun.

Dari Kampung ke Pasar: Petromak Jadi Andalan

Lampu petromak tak hanya digunakan di rumah. Banyak pedagang kaki lima, pasar malam, bahkan warung nasi tenda di Bekasi juga memanfaatkan lampu ini untuk berjualan. Di beberapa daerah seperti Tambun, Mustikajaya, dan Babelan, lampu petromak digunakan hingga menjelang tahun 1990-an sebelum listrik PLN menjangkau pelosok.

Menurut data dari Museum Listrik dan Energi Baru, penggunaan lampu petromak di Indonesia mencapai puncaknya pada tahun 1960-1980, terutama di wilayah pedesaan dan pinggiran kota yang belum terjangkau listrik.

Lampu ini merupakan inovasi dari teknologi lampu gas tekanan tinggi yang pertama kali dikembangkan di Jerman oleh Carl Auer von Welsbach pada akhir abad ke-19, lalu menyebar ke seluruh dunia, termasuk Hindia Belanda.

Petromak di Bekasi: Simbol Kemandirian Energi Warga

Di masa sulit, lampu petromak bukan sekadar alat penerang, melainkan simbol ketangguhan dan kemandirian warga kampung. Masyarakat membuat sumbu dari bahan kapas khusus, merawat kaca pelindung, dan memompa tekanan secara manual agar cahayanya maksimal.

“Orang Bekasi itu dulu serba mandiri. Kalau mati lampu, langsung keluarin petromak. Bensin tanah gampang dicari, cuma harus hati-hati karena panas dan gampang meledak,” sambung H Rosid.

Akhir Era Petromak dan Transformasi ke Listrik

Seiring masuknya listrik PLN secara masif ke wilayah Bekasi sejak akhir 1980-an, terutama lewat program Inpres Desa Tertinggal dan pembangunan perumahan baru, lampu petromak mulai ditinggalkan. Namun, hingga awal tahun 2000-an, masih ada beberapa keluarga yang menyimpannya sebagai cadangan saat listrik padam.

Kini, lampu petromak lebih banyak ditemukan sebagai barang koleksi antik, hiasan nostalgia, atau digunakan di tempat wisata berkonsep tempo dulu.

Lampu petromak adalah saksi bisu perjuangan masyarakat zaman dulu, termasuk di Bekasi saat masa transisi dari kegelapan menuju terang. Dalam kesederhanaan dan kerumitan menyalakan lampu ini, tersimpan cerita tentang ketahanan, kebersamaan, dan semangat hidup masyarakat kampung.

Sebagian warga bahkan masih menyimpan petromak warisan orang tua mereka, sebagai pengingat akan masa lalu yang penuh makna.

Dede Rosyadi

#LampuPetromak #Infobekasi #Petromak

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini