Hmmm… pastinya belum banyak yang tahu sejarah mengenai ikan mujair. Ternyata, ikan mujair ini diciptakan spesiesnya oleh manusia loh! Dan yang lebih kerennnya lagi, yang menciptakan adalah orang Indonesia asli. Persis dengan nama ikan ini, Mbah Moedjair, memiliki nama asli Iwan Muluk. Ia lahir di Desa Kuningan (3 km arah timur dari pusat Kota Blitar, Jawa Timur) pada 1890.
Sewaktu masih hidup, ia berjualan sate untuk membiayai keluarganya. Namun karena kebiasaan buruknya berjudi, pada akhirnya usahanya ini mengalami kebangkruktan.
Atas peristiwa ini, Kepala Desa, yang bernama Muraji, mengajaknya untuk melakukan tirakat di Pantai Serang setiap tanggal 1 Suro, penanggalan Jawa. Di tempatnya melakukan tirakat inilah ia menemukan sekelompok ikan yang menarik perhatiannya. Ikan ini unik, karena menyembunyikan anak-anaknya di mulut saat merasa terancam. Karena penasaran, maka Mbah Moedjair membawa ikan ini ke rumahnya.
Namun karena beda habitat, dan tidak dapat beradaptasi, akhirnya ikan ini mati. Matinya ikan ini lantas membuat Mbah Moedjair semakin penasaran. Ia kemudian berpikir bahwa ikan ini harus bisa bertahan hidup di air tawar. Ia lalu mengubah-ubah intensitas air tawar dengan air laut, hingga pada akhirnya menemukan ukuran yang pas untuk ikan tersebut dapat hidup. Menurut sejarah yang tercatat, percobaan ini berhasil pada percobaan yang ke-11, dengan 4 ekor ikan. Dan yang perlu diketahui adalah, Mbah Moedjair harus pergi pulang ke Pantai Serang, dari Desa Papungan yang jaraknya 35 km, dengan berjalan kaki. Ia harus melintasi hutan selama dua hari demi percobaannya tersebut. Sungguh perjuangan yang luar biasa bukan?
Keberhasilan ini membuat Mbah Moedjair mendapatkan perhatian khusus dari Asisten Resident (penguasa wilayah Jawa Timur pada masa penjajaan Kolonial). Asisten Resident itu kebetulan juga merupakan seorang peneliti. Dan setelah ditelusuri, ternyata ikan ciptaan Mbah Moedjair itu berasal dari perairan Laut Afrika.
Mbah Moedjair kemudian mendapatkan beberapa penghargaan. Penghargaan tersebut diantaranya dari Eksekutif Committee Indo Pasifik Fisheries Council pada 1954, dan penghargaan dari pemerintahan Indonesia, yang diterimanya pada 17 Agustus 1951, dari Kementrian Pertanian Republik Indonesia.
Mbah yang hebat ini wafat pada 7 September 1957 karena asma, dan ia dimakamkan di Blitar. Batu nisannya bertuliskan “MOEDJAIR, PENEMU IKAN MOEDJAIR”, lengkap dengan ukiran ikan mujair. (Adm)