Mesin penjepit boneka yang sering ada di tempat bermain di mall, kerap kali membuat pemainnya gemas, lantaran boneka incaran sulit untuk didapat. Seperti yang infobekasi.co.id ulas sebelumnya, mengenai mesin penjepit yang sudah “disetting” agar pemain sulit untuk mendapatkan boneka.
Namun kesulitan dalam bermain penjepit boneka ini sepertinya bukan masalah bagi pria asal Tiongkok, tepatnya di sebuah Kota Xiamen. Pria ini sampai dijuluki sebagai “Claw Machine God”, karena keahliannya ini.
Pria tersebut adalah Chen Zhitong. Chen telah berhasil mengambil 3.000 boneka tiap enam bulan (waw! Bayangkan, begitu mudahnya ia mengambil boneka di mesin penjepit ini!). Bahkan, ia punya kamar khusus di rumahnya untuk boneka-boneka yang telah diambil olehnya melalui mesin penjepit.
Karena keahliannya ini, para pemilik mesin penjepit boneka sampai memohon kepadanya untuk tidak lagi memainkan permainan ini. Namun sayangnya niat Chen untuk berhenti belum ada.
“Tentu saja aku tidak akan berhenti. Jumlah bonekaku masih kalah banyak,” kata Chen melalui Shanghaiist.
Awalnya Chen hanya iseng-iseng saja, namun kemudian ia jadi ketagihan, untuk main lagi, dan lagi. Pernah suatu hari ia mendapatkan 100 boneka dalam waktu satu hari.
Wajah Chen sudah sangat terkenal. Sampai suatu saat pemilik mesin menyogoknya supaya ia tidak bermain lagi. Dan tentu saja Chen menolak, dengan alas an ini bukan soal uang, tapi ia sangat menyukai prosesnya.
Chen tidak pelit terhadap keahliannya ini. Ia tidak segan-segan untuk berbagi ilmunya kepada yang lain. Menurutnya, untuk satu mesin, jangan lebih menggunakan lima koin. “Menurut observasiku, nilai dari mainan itu kurang lebih 1 Yuan (Rp 20.000,00), jadi kalau tidak bisa juga mengambil setelah lima kali, tinggalkan mesin itu,” kata Chen.
Tipsnya adalah “ Ayunkan tiap cengkraman berbeda, kamu hanya perlu melakukan kalkulasi sudut dan arahnya sebelum memencet tombol. Cek terlebih dahulu, apakah tuas keras atau tidak. Kalau keras, akan sulit mengambil boneka itu. Ini adalah kemampuan dan kelihaian. Kalian hanya perlu mengetahui bagaimana mengombinasikan pengalaman dan praktiknya,” tutup Chen. (Adm)
