BEKASI TIMUR – Lambatnya pengiriman obat hingga menyebabkan RSUD Kota Bekasi kekurangan persediaan untuk para pasien, dinilai anggota Komisi D DPRD Kota Bekasi, Ronny Hermawan, merupakan suatu hal yang tidak bisa dimaklumi, sehingga dipandang perlu untuk segera ditindaklanjuti dengan mengganti supplier-nya.
“Kita lihat, kalau kendalanya bukan pada perencanaan belanja obat, berarti dikatakan dari pengiriman yang lamban. Itu gak bisa dimaklumi, ya kasih aja peringatan ke suplier-nya, atau ganti suplier. Ngapain langganan sama supplier yang kinerjanya gak bagus?” ujar Ronny kepada infobekasi.co.id, Rabu (06/04) melalui saluran Whatsapp.
Menurut dia, adanya faktor penghambat yang menyebabkan stok obat ini akan berdampak langsung pada masyarakat Kota Bekasi yang ingin berobat. Dimana adanya lonjakan pasien, sementara stok obat kurang.
“Kalau emang bener kata dirut RSUD supplier-nya bermasalah, lamban pengiriman obatnya, sehingga akibatnya bisa merugikan warga yang sakit, menurut saya ganti aja supplier-nya itu, kan gampang,” paparnya.
Keganjilan yang tiba-tiba menjadikan RSUD lambat dalam penyediaan obat, menjadi pertanyaan tersendiri bagi Ronny.
“Pertanyaannya, apakah ada ikatan sama supplier tersebut yang lamban sehingga jadi segan? Jangan-jangan ada kongkalikong antara RSUD dan pabrik obat seperti pernah ada pemberitaan tentang konspirasi dokter dan pabrik obat,” kata dia.
Ronny pun menjelaskan, dalam pengadaan barang dan jasa sudah diatur dalam Keppres Nomor 54 Tahun 2010, dimana dijelaskan pula apabila ada indikasi kecurangan hingga menghambat/mengurangi/menghilangkan pengadaan jasa, maka sanksi yang dikenakan yakni, mulai dari sanksi administratif, hingga pidana.
“Ya saran saya, ikuti Keppres soal pengadaan barang dan jasa, jangan melenceng dari hal itu. Nah kalau nggak mampu, ya sebaiknya mengundurkan diri aja. Kasihan beliau dan juga kasihan warga Bekasi,” ujarnya.
Diketahui dari pemberitaan sebelumnya, bahwa persediaan obat generik, khusus untuk penderita penyakit jantung dan kejang, di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bekasi, hanya bisa digunakan sampai satu bulan. Hal ini dikarenakan ada permasalahan dalam pengiriman obat di RSUD tersebut.
“Ya mulai menipis, tapi persediannya masih bisa digunakan selama satu bulan lagi,” ujar Direktur Utama RSUD Kota Bekasi, Titi Masrifahati, seperti dikutip dari Tribun Jakarta, Minggu (03/04).
Menipisnya stok obat, menurut Titi, adalah karena adanya lonjakan pasien, sedangkan untuk pengiriman obatnya cendrung lambat.
“Permintaannya sangat banyak, tapi pengiriman obat cenderung lamban,” kata Titi. (Sel)