BEKASI – Ratusan warga pada pagi hari sudah memenuhi Kantor Desa Cijengkol, Setu. Mereka menolak untuk penggantian harga atas tanah mereka yang akan dijadikan proyek Tol Cimanggis-Cibitung, Kamis (28/07).
Ujang Syamsuri (60), warga yang sudah lama menetap di Desa Cijengkol, mengatakan bahwa tempat tinggalnya akan dibebaskan untuk lahan proyek jalan tol tersebut.
Belum ada kesepakatan yang adil atas penggantian tanah dari pihak pengembang. Maka dari itu, banyak warga yang menolak atas ganti rugi tanah. Ujang juga mengatakan, rata-rata pemilik tanah hanya dibayar Rp 500 hingga 800 ribu per meter. Hal inilah yang membuat para warga menjadi geram.
“Ini tuh kaga adil, masa tanah warga dibayar 500 ribu per meter? Paling mahal dibayar 800 ribu. Rata-rata warga padahal sudah memiliki surat tanah lengkap, apa pantas dibayar segitu?” katanya.
Ada lima Desa di Kecamatan Setu yang nantinya akan terkena proyek jalan Tol Cimanggis-Cibitung, diantaranya Desa Tamanrahayu, Tamansari, Burangkeng, Lubangbuaya Dan Cijengkol. Hingga saat ini belum ada musyawarah terbuka untuk menyepakati harga yang ditentukan.
Kata Atam (45), yang juga merupakan warga setempat, setiap warga yang hadir diberi surat rincian penggantian tanah. Jika surat rincian tersebut selama lima belas hari tak dikembalikan ke kantor desa, maka harga yang diajukan dianggap sah. Atam dan warga lain bersikeras menolak harga tanah yang diajukan, lantaran harga tersebut tidak sesuai dengan harga tanah yang dibeli dahulu. Dia berharap ada harga yang sesuai untuk pembebasan lahan warga.
“Kami diberi surat rincian harga, kalau sampe lima belas hari nggak dikembalikan ke kantor desa, maka warga yang menerima surat rincian tersebut sudah setuju dengan harga yang diajukan. Pokoknya kami tetap menolak dengan ajuan harga ini. Kami dulu beli mahal, masa diganti murah? Ya nggak mau lah,” tutur Atam. (M. Supyan Limpong)
.){kind=link}