Seperti penuturan Humas SMA KORPRI Bekasi, Bujang, seharusnya hal ini bisa menjadi salah satu solusi pemecahan permasalahan kemacetan yang selama ini menimpa Kota Bekasi.
“Seharusnya bisa menjadi solusi, bukan memperparah,” kata Bujang.
Namun, lanjut Bujang, jika dilihat keberadaan bajaj yang rencananya akan beroperasi di setiap kecamatan di Kota Bekasi ini, bagi sekolah sebenarnya bisa menjadi salah satu kendaraan angkutan umum alternatif yang bisa dipergunakan oleh pelajar.
Dengan adanya kendaraan tersebut, para pelajar jadi bisa memiliki sarana transportasi pilihan untuk menuju ke sekolah dan mereka nantinya bisa mengurangi risiko kecelakaan di jalan raya dengan mengendarai kendaraan sendiri ke sekolah.
“Harapan kami hal ini juga bisa membawa manfaat bagi pelajar sebagai moda transportasi darat menuju ke sekolah. Karena dengan naik bajaj, bisa diisi dua sampai tiga orang di dalamnya, sehingga lebih aman,” ujarnya.
Sementara itu, Bagas, salah seorang siswa SMP di Kota Bekasi, mengaku belum mengetahui bahwa bajaj diujicobakan di Kota Bekasi mulai hari ini.
Hanya saja, ia berharap, dengan adanya bajaj, bisa lebih mempermudah para pelajar di Kota Bekasi untuk mendapatkan akses kendaraan yang nyaman menuju sekolah.
“Sebenarnya belum tahu kalau bajaj berbahan bakar gas akan beroperasi di Kota Bekasi. Namun saya berharap, keberadaannya bisa mempermudah pelajar mendapatkan akses transportasi menuju ke sekolah, bukan menambah kemacetan di Kota Bekasi,” tutur Bagas.
Sebelumnya, Sekjen Forum Studi Mahasiswa untuk Kemanusiaan dan Demokrasi (FSMKD), Hasan Basri, meminta agar Pemkot Bekasi melakukan evaluasi menyeluruh mengenai pengoperasian Bajaj tersebut di Kota Bekasi.
Ia menekankan, dengan adanya penambahan moda transportasi darat tersebut, dikhawatirkan akan menambah kemacetan di Kota Bekasi.
“Dulu APTB yang digaungkan untuk menjadi solusi kemacetan, tapi hasilnya tidak ada, dan saya berharap adanya evaluasi yang mendalam sebelum dilaksanakan,” katanya. (Apl)