BEKASI TIMUR – Masih tingginya harga jual cabai di pasar tradisional di Kota Bekasi, membuat para penjual bakso dan bubur ayam keliling “berteriak”. Mereka berharap adanya operasi pasar yang dilakukan oleh Dinas Perekonomian Rakyat (Dispera) dan Pemkot Bekasi untuk membantu mengontrol harga jualnya.
Jawir, salah seorang penjual bakso keliling di Jalan Padat Karya, RT 02, RW 06, Kelurahan Durenjaya, Bekasi Timur, misalnya. Ia mengatakan, karena harga cabai masih tinggi, maka ia harus mengurangi porsi sambal yang dibuatnya.
“Karena harga jualnya masih tinggi, saya harus ngurangin porsi sambal yang saya buat, karena kebanyakan pelanggan saya suka pakai sambel lumayan banyak,” katanya kepada infobekasi.co.id, Kamis (19/01).
Selain mengurangi porsi sambalnya tersebut, ia pun harus memperbanyak jumlah air yang dimasukan ke dalam olahan sambal tersebut.
“Airnya terpaksa saya banyakin, ini buat mengurangin ganti cabai dalam porsi banyak, biar ga rugi,” ujar dia.
Senada dengan Jawir, Izar, yang merupakan pedangan bubur ayam di lokasi yang sama dengan Jawir, juga memperbanyak jumlah air ke dalam olahan sambal yang dijualnya.
Dengan harga beli cabai yang saat ini masih mencapai Rp 120 ribu per kilogramnya, ia tidak berani membawa sambal dalam porsi yang banyak untuk berdagang.
“Kalau bawa jumlahnya sudah saya pas-pasin. Kalau kebanyakan sudah pasti rugi, karena harganya masih mahal. Waktu bikin sambelnya, airnya juga saya banyakin,” tuturnya sambil melayani pembeli.
Baik Jawir maupun Izar berharap agar ada tindakan dari pemerintah untuk bisa menekan dan mengeluarkan kebijakan terkait masih tingginya harga cabai di pasaran. Karena imbasnya adalah para pedagang yang terus merugi. (Apl)