InfoBekasi – Bersuara lantang saat berkeliling dari satu perumahan ke perumahan lain, ditambah bunyi ketukan sendok ke boks tempat daganganya menjadi ciri khasnya.
“Ayo Seabrek..abrek…” teriak Jorbod, lelaki berusia 70 tahun itu , menjajakan dagangan jagung rebus yang ditopingi parutan kelapa. Biasanya para langganan menyebut urap jagung dan yang membeli langsung membawa piring dan bahkan baskom.
Lelaki ayah 12 anak ini, dikenal dengan sebutan ‘Abang Seabrek-abrek’. Bayangkan urap jagung yang dijajakannya Kakek 15 cucu dijual murah, Rp 5 ribu bisa dapat sepiring penuh dan kalau Rp 10 ribu dapetnya sebaskom dan pelanggan bilang sebarek-abrek.
“Jangankan beli, minta aja saya kasih,” kata lelaki yang tinggal Kp Kebon, Desa Jejalenjaya, Tambun Utara ini. Menurutnya, kalau anak-anak beli suka inget cucu dan cicitnya yang sekarang jumlahnya 4 orang. Karenanya harganya pun murah meriah.
Jorbod, mengaku sudah berjualan itu sejak umur 40 tahun, “Pas dateng ke sini langsung jualan urab jagung,” kata lelaki asal Kecamatan Jatitujuhm Majalengka, Jawa Barat ini.
Bahan baku jagung dikirim oleh bandar, sehari hanya membawa 10 kg dan itu pun karena masaknya harus dua kali, “Yang pertama direbus supaya empuk dan yang ketiga direbus lagi supaya kulitnya terkelupas,” kata Jorbod.
Selain urap jagung dia juga membawa ager-ager cetrak yang berupa setengah bola, “Anak-anak kampung bilangnya kili-kili,” jelas Jorbod yang setiap hari berkeliling menggunakan sepeda. Kalau daganganya masih banyak, sepeda didorong dan kalau sudah menipis barulah dikayuh.
Hampir semua perumahan di Tambun dan sekitarnya sudah dimasuki dan orang sudah mengenal lelaki tua ini dengan panggilan akrab ‘Abang Seabrek-abrek’.
Namun sayang, dari 12 anak , 15 cucu, belum ada satu pun yang mau mengikuti jejaknya, “Satu pun nggak ada yang mau, mereka sibuk kerja dan merantau,” kata Jorbod lagi. Dia belum tahu sampai kapan dagang urap jagung, “Mungkin kalau sudah nggak kuat baru berhenti,” katanya.
Selama berdagang di mengaku sudah sampai Bulak Kapal, Beklasi Timur dan itu paling jauh, sedangkan setiap hari dia harus berpindah dari satu perumahan ke perumahan lain, “Setiap hari ganti lokasi dan tbisa-bisa ketemua seminggu sekali,” kata Jorbod, sambil mengatakan sudah banyak orang yang datang ke rumahnya untuk pesan urap jagung sebagai pangan tradisional untuk acara pesta. (saban)