Infobekasi.co.id – Di tengah sorotan terhadap pengelolaan haji yang bermasalah, muncul desakan agar Majelis Ulama Indonesia (MUI) mempertimbangkan fatwa pembatasan ibadah haji. Usulan ini bertujuan mengembalikan esensi haji sebagai panggilan spiritual mendalam, bukan sekadar pemenuhan formalitas.
Ketua Umum IKA Pondok Pesantren Ibadurrahman YLPI Tegallega Sukabumi, Toto Izul Fatah, menyampaikan keprihatinannya terkait kasus dugaan penyelewengan kuota haji yang melibatkan mantan Menteri Agama. Menurutnya, kasus ini mencerminkan adanya praktik kurang sehat antara oknum penyelenggara dan calon haji mampu membayar lebih.
“Kita menyaksikan bagaimana kepentingan bertemu, antara penyelenggara yang mungkin korup dan calon haji yang berkeinginan kuat untuk berangkat karena merasa memiliki sumber daya finansial,” ujar Toto pada Jumat (22/08/2025).
Toto menduga, banyak calon haji khusus yang membayar mahal sebenarnya sudah pernah menunaikan ibadah haji sebelumnya. Hal ini dinilai kurang adil mengingat masih banyak calon haji reguler yang harus menunggu bertahun-tahun.
Ia menjelaskan, ibadah haji seharusnya didasari ketulusan dan kebersihan hati, bukan nafsu atau keserakahan. Nabi Muhammad SAW pun hanya sekali melaksanakan haji, yaitu Haji Wada’. Semangat dan intisari haji tidak harus selalu diwujudkan dengan perjalanan fisik ke Baitullah.
“Mungkin pahalanya akan lebih besar jika dana yang seharusnya digunakan untuk haji kedua atau ketiga disalurkan untuk membantu sesama yang membutuhkan,” imbuhnya.
Toto mengusulkan agar MUI mengeluarkan fatwa yang membatasi pelaksanaan ibadah haji hanya sekali seumur hidup. Selain itu, ia juga mengajak untuk memaknai haji sebagai makrifat kepada Allah, yaitu puncak kesadaran spiritual yang membawa seorang hamba menyatu dengan Tuhannya.
“Haji yang sejati adalah ngahiji, menyatunya diri dengan Sang Maha Segalanya. Haji yang benar tidak akan mengorbankan antrean panjang calon jemaah lain demi ambisi pribadi,” tegasnya.
Toto mengajak masyarakat untuk memperluas makna “Baitullah” tidak hanya sebatas Ka’bah di Mekah, tetapi juga mencakup orang-orang miskin, anak yatim piatu, dan mereka yang membutuhkan uluran tangan.
“Bagi yang ingin berhaji berkali-kali, datangilah mereka. Di situlah Allah hadir. Itulah Omnipresent, kesadaran untuk selalu menghadirkan Tuhan di setiap waktu dan tempat,” pungkasnya.
Editor: Dede Rosyadi
#Haji #Infobekasi #Bekasi








































