infobekasi.co.id – Topo atau kain lap, bagi masyarakat Bekasi, bukan sekadar alat pembersih biasa. Mereka menyebutnya “topo,” sebuah istilah yang menyimpan cerita panjang tentang tradisi, identitas, dan kebanggaan lokal.
“Dari kecil, saya sudah kenal kain lap ini dengan sebutan topo. Nggak tahu kenapa, dari dulu ya namanya topo. Mungkin dari bahasa Betawi zaman dulu kalih?,” kata Jamal, warga Kp. Tanah Tinggi, Setia Asih, Kabupaten Bekasi saat berbincang dengan jurnalis infobekasi, Sabtu (11/10/25).
Istilah topo memang unik dan khas bagi masyarakat Bekasi. Tidak banyak daerah lain di Indonesia yang menggunakan sebutan ini untuk kain lap. Asal-usul kata topo sendiri masih menjadi misteri, namun diperkirakan berasal dari dialek Betawi atau bahasa lokal yang berkembang di wilayah Bekasi sejak lama.
“Dulu, waktu saya masih kecil, Enyak (ibu) saya selalu bilang, ambil topo, buat ngelap meja. Saya nggak pernah tanya napah namanya topo. Udah kebiasaan ajah, kalau kain lap ya topo,” timpak Acan saat mendengar perbincangan soal topo di wilayah tersebut.
Topo, bagi masyarakat Bekasi, bukan hanya sekadar nama. Lebih dari itu, topo adalah simbol identitas lokal membedakan mereka dari masyarakat daerah lain. Ketika menyebut kata topo, mereka tidak hanya merujuk pada selembar kain lap, tetapi juga pada sejarah, tradisi, dan nilai-nilai yang diwariskan dari generasi ke generasi.
“Kalau saya dengar orang bilang kain lap, rasanya agak aneh. Buat saya, ya tetap topo. Lebih enak didengar dan lebih terasa Bekasi-nya, “sambung Jamal yang sehari-hari berprofesi sebagai petani.
Sekedar informasi, kain topo sendiri biasanya terbuat dari bahan katun atau serat alami lainnya yang memiliki daya serap tinggi. Motifnya sederhana, seringkali berupa kotak-kotak atau garis-garis dengan warna-warna cerah seperti merah, hijau, biru, atau kuning. Ukurannya juga bervariasi, namun umumnya pas untuk digenggam dan digunakan dalam berbagai keperluan. Ada juga dari pakaian bekas yang tak terpakai dijadiin topo.
“Topo ini serbaguna. Buat lap meja, lap tangan kena oli, lap kompor, bahkan buat alas panci panas juga bisa. Pokoknya, topo ini kepake baget saban hari,” tutur Jamal.
Seiring dengan perkembangan zaman, istilah topo mulai jarang terdengar di kalangan generasi muda Bekasi. Mereka lebih familiar dengan sebutan kain lap yang lebih umum digunakan dalam bahasa Indonesia.
Namun, topo bukan hanya sekadar kata, tetapi juga cerminan dari jati diri kearifan lokal bahasa masyarakat Bekasi. Di tengah gempuran modernisasi, istilah topo tetap menjadi simbol identitas yang kuat bagi masyarakat Bekasi.
Ketika mereka menyebut kata topo, mereka tidak hanya merujuk pada selembar kain lap, tetapi juga pada sejarah kata jadul turun temurun. Nah, di tempat kalian kain lap disebut-nya apa?
Editor : Deros
#Topo #Infobekasi #KainLap #Bekasi








































