BEKASI – Salah satu anak bangsa yang mengharumkan nama Indonesia di mata Internasional yaitu Prof. Josaphat. Ia pencipta antena mikrostrip (antena berbentuk cakram berdiameter 12 sentimeter dan tebal 1,6 milimeter) yang dapat digunakan untuk berkomunikasi langsung dengan satelit, Circularly Polarized Synthetic Aperture, untuk pesawat tanpa awak dan small satelite, serta pencipta radar peramal cuaca 3 dimensi.
Prof. Josaphat lahir di Bandung, 25 Juni 1970. Ia menjabat sebagai dosen tetap di Center of Enviromental Remote Sensing di Universitas Chiba, Jepang.
Tidak hanya di Jepang, Prof Josh juga menjadi dosen tamu, reviewer, examiner dan penilai sejumlah instansi dan universitas di sejumlah negara seperti Prancis, Korea, Tiongkok, Iran, Mongol, Kenya, Bangladesh, Yordan, Mesir dan Indonesia sendiri.
Tidak hanya itu, Prof. Josh juga pendiri Yayasan Pandhito Panji Foundation (PPF). Yayasan ini menaungi Pusat Penelitian Remote Sensing (RSRC), Pusat Penelitian Pendidikan (ERC) dan Pusat Penelitian Seni Rupa (ARC).
Karya terbaru Prof. Josh adalah Circulary Polarized Synthetic Aperture Radar (CP-SAR), sensor yang bisa dipasang pada pesawat tanpa awak (drone terbesar), bernama Josaphat Experimental Aircraft JX-1 dan microsatellite untuk monitoring permukaan bumi di masa depan. Rencananya produk ini akan diluncurkan lima tahun mendatang. Sensor CP-SAR ini mengatasi kelemahan-kelemahan sensor observasi bumi atau penginderaan jarak jauh pendahulunya. Sensor buatannya ini mampu menembus awan, kabut, asap, bahkan kelebatan hutan, serta tidak terganggu oleh pengaruh faraday rotation di lapisan ionosfer dan perubahan posisi platform satellite.
1 April 2013 Josh dipercaya oleh Kementerian Pendidikan dan Teknologi Jepang (Monbukagakusho) untuk mengembangan dua microsatellite yang membawa sensor GNSS-RO dan CP-SAR ciptakaan Josh, untuk melakukan observasi lapisan ionosfer dan permukaan bumi.
Teknologi ini di masa depan diharapkan dapat digunakan untuk mengetahui fenomena-fenomena sebelum terjadinya bencana di permukaan bumi, khususnya gempa bumi, sehingga teknologi diharapkan dapat mengurangi jumlah korban akibat bencana yang terjadi di permukaan bumi.
Pria yang akrab dipanggil Josh ini dikenal getol berkarya. Karya terbarunya berupa teknologi untuk membuat antena dengan ukuran dua mikron untuk keperluan alat komunikasi dan medis masa depan. Seperti radar yang sangat kecil, robot mikro, serta array antena untuk pemindaian partikel darah dan pergerakan otot.
Bahkan, Prof. Josh sedang mengembangkan GPS SAR atau sistem radar imaging dengan menggunakan sinyal GPS untuk keperluan pemetaan permukaan bumi hingga pelacakan pesawat dan kapal siluman (stealth). Yang mencengangkan, karya-karyanya selama ini sudah terekam dalam bentuk paten di 118 negara, misalnya antena untuk pesawat, bullet train, roket dan smart car masa depan.
Banyak penghargaan yang telah diraih Prof Josh, yang berhubungan dengan penelitian dan studinya dari lembaga penelitian dalam dan luar negeri. Ia juga telah meluluskan dan menjadi outside reviewer banyak mahasiswa program S-1, S-2 dan S-3 dari berbagai negara. (Adm)
Sumber artikel : goodnewsfromindonesia.org