Hebat, Hasil Produksi Mantan Terpidana Ini Sudah Diekspor ke Luar Negeri!

Pembuatan kacamata dari kayuKreativitas manusia memang tak ada batasnya. Semua orang berhak dan mampu berkreativitas sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Pemuda asal Malang yang bernama Muhammad Theo Zainuri ini misalnya. Diusianya yang masih terbilang muda, 28 tahun, ia mampu mengubah limbah kayu (khususnya jenis kayu jati dan sonokeling) yang berasal dari industri mebel dan rantai kamprat motor menjadi kacamata. Bahkan yang lebih hebatnya lagi, hasil produksinya ini sudah diekspor ke Inggris dan Australia.

Alasan pemuda ini menggunakan jenis kayu jati dan sonokeling untuk pembuatan kacamatanya adalah, kata dia, lebih artistik dengan motif karena dapat mengeksplorasi warna hitam dan kecokelatan. Semua kacamata dikerjakan secara manual tanpa menggunakan alat permesinan yang canggih, dan sampai sekarang ia telah memiliki delapan belas model.

“Selama setahun berproduksi, kami telah memiliki sekitar delapan belas model kacamata,” ujarnya.

Dengan mempekerjakan sepuluh orang, Muhammad Theo Zainuri mampu memproduksi sekitar lima belas kacamata. Pembuatan bingkai dikerjakan di Malang, sedangkan pemasangan lensa dilakukan di Surabaya.

“Omzet penjualan setiap bulan sekitar Rp 5 juta,” tuturnya.

Pemuda yang satu ini juga mengatakan bahwa para pekerjanya merupakan bekas para pencandu narkotik, mantan narapidana, dan para penderita HIV/AIDS. Namun untuk dapat menjadi karyawannya, ia mengadakan seleksi yang ketat. Bahkan ia tidak bisa menerima orang yang masih ada kecanduan terhadap narkotik tersebut. Jika ada pekerjanya yang kembali mengonsumsi, maka ia tidak segan-segan untuk memberhentikannya.

Para mantan pecandu narkotik dan para mantan narapidana biasanya mengalami kesulitan untuk mendapat pekerjaan, dan dengan alasan inilah Muhammad Theo berniat untuk membantu mereka, supaya mereka masih bisa tetap bekerja. Ia juga berharap supaya ada pinjaman modal untuk mengembangkan usahanya ini.

Pemuda ini punya target untuk membuat kacamata sebanyak 250 buah per harinya, sehingga bisa memenuhi kebutuhan pasar. Apalagi ia menilai respons pasar cukup bagus, terutama di Eropa. Karena mereka sangat menghargai jenis produksi yang ramah lingkungan.

Keuntungan yang didapatnya melalui usaha kacamata tidak serta merta ia gunakan hanya untuk kebutuhan para pekerja dan pribadinya sendiri. Ia mengaku bahwa sebagian keuntungannya ia gunakan untuk didonasikan ke Yayasan Sadar Hati Malang. Yayasan ini merupakan yayasan yang bergerak dalam bisang pengentasan para pengguna narkotikdan penderita HIV/AIDS. Koordinator Lapangan Yayasan Sadar Hati, Wahyu, mengaku Sahawood, nama usaha kacamata Muhammad Theo, turut membantu operasional kegiatan Sadar Hati.

Selain itu, Sahawood menampung bekas pecandu yang kehilangan pekerjaan. Pasalnya, selama ini tak ada sektor formal yang bersedia menerima bekas pecandu sebagai pekerja. “Pengusaha tak mau menerima mereka,” ujarnya. (Adm)

Sumber : Tempo.co.id

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini