MUTIKAJAYA – Terinsipirasi dari keinginannya membantu para petani untuk meningkatkan hasil panen tanamannya, seorang anggota Polisi dari Polsek Jatiasih Kota Bekasi, AIPTU Sundoro, melakukan inovasi dengan membuat pupuk insektisida semi organik yang disemprotan ke tanaman dengan bahan dasar capuran dari bom.
“Iya, saya mantan anggota ATB atau anti terror, saat masih di Polda Metro Jaya. Dimana timnya ini merupakan cikal bakal Densus 88 yang bertugas menumpas teroris” katanya kepada Infobekasi.co.id, Rabu (31/08).
Ketika membuat pupuk tersebut, ia dibantu oleh ketiga karyawannya di sebuah gudang tak jauh dari rumahnya, di Kampung Babakan, Kelurahan Mustikasari, Kecamatan Mustikajaya, Kota Bekasi.
“Biasanya saya meracik pupuk semi organik ini tidak sendiri, tapi dibantu oleh tiga orang karyawan saya. Dan membuatnya biasanya usai berdinas dari Kepolisian di Mapolsek Jatiasih,” ujarnya.
Dirinya juga mengatakan, untuk pembuatan pupuk yang ditemukannya ini, dirinya hanya membutuhkan waktu selama empat jam saja. Pertama yang harus dilakukan yaitu menyiapkan bahan-bahan dasar bekas rakitan bom, seperti pospat TNT, Sulfur, Zinc, Urea, dan bahan alami lainnya, yaitu kunyit dan buah gadung. Dari semua bahan itu, lalu dimasukan ke dalam tungku mesin mixer berdiameter setengah meter yang mampu memproduksi seribu liter pupuk. Setelah dimixer, bahan akan disedot ke dalam penampuang dan kemudian disaring untuk dimasukan ke kemasan botol dan pupuk siap pakai.
“Gampang-gampang susah bikin pupuk seperti ini. Gampang untuk prosesnya, namun susah untuk mencari bahan-bahan dasar bom. Karena kalau ketahuan beli bahan itu, pasti dicurigai teroris,“ kata pria asal Banyuwangi, Jawa Timur ini.
Perbandingan jika menggunakan pupuk kimia, hanya bisa untuk tiga hektar, maka temuan pupuk semi organik dengan olahan formula ini bisa digunakan untuk lahan seluas 200 hektar, dengan presentasi penggunaan pupuk untuk awal tanam menggunakan pupuk kimia dan organik.
Dilihat dari sisi biayanya, saat diimplementasikan untuk tanaman padi, pupuk berbahan bom ini lebih murah Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta per hektar, dibanding pupuk kimia murni yang bisa mengeluarkan biaya hingga tiga juta per hektarnya.
Dari segi hasil panen, pupuk organik bahan bom ini bisa lebih cepat. Salah satunya jika digunakan untuk tanaman cabe, buah lebih besar dan banyak. Selain itu, segi usia tanaman bisa lebih panjang.
“Saya melakukan inovasi ini sudah dipendam dan berlangsung sepuluh tahun, mulai dari coba-coba dan ternyata berhasil,” tuturnya.
Ia mengatakan baru berani mengungkap ke publik karena tergugah dengan program dari Kapolri agar anggota Polisi juga bisa mewujudkan ketahanan pangan untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia/ NKRI.
“Tujuan saya hanya satu, yaitu untuk membantu para petani yang membeli pupuk sangat mahal,” imbuhnya. (Tio)