JATISAMPURNA – Sejak kejadian rubuhnya dua kelas yang merupakan bangunan laboratorium pada 4 Agustus 2016 lalu, kegiatan praktik dan ujian siswa IPA di SMAN 7 Bekasi lumpuh. Bangunan yang rubuh tersebut mulai dari atap hingga sebagian tembok bangunan. Hal ini dikatakan oleh Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMAN 7 Bekasi, Acep Hadi, saat ditemui infobekasi.co.id di ruangannya, Rabu siang (08/03).
“Semua belum ada renovasi. Paling pengecatan dan perbaikan. Pengawasan pun belum pernah ada, padahal kami sudah adakan pengajuan dari sepuluh tahun berdirinya bangunan. Pemerintah bilang iya tapi belum ada realisasi. Apa mungkin harus roboh dulu?” ujar dia.
Menurut Acep, meskipun mulai 2017 ini SMA dan SMK sudah swakelola diambil alih ke provinsi, namun belum ada tindakan pasti yang dilakukan pemprov untuk perbaikan ruang laboratorium tersebut.
“Alih kelola kan sudah dari kota ke provinsi, pemkot sudah lepas tangan, jadi langsung kami ajukan ulang bahkan ke dewan juga akan kami ajukan. Padahal kami dulu dapat penghargaan dari presiden, yaitu adiwiyata mandiri. Sumbangsih adipura juga besar, tapi kenapa saat begini justru belum ada yang menyentuh ke sini? Dampak laboraturium roboh ini kan buat proses pelajaran berjalan di laboraturium tidak maksimal,” katanya.
Sementara itu ditemui di tempat yang sama, Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana, Saut, mengatakan bahwa gedung yang menjadi laboraturium tersebut sudah berdiri sejak 1997 dan belum pernah ada renovasi.
“Gedung ini merupakan bangunan lama, yakni sejak 1997. Jadi sekarang sudah dua puluh tahun dan belum pernah direnovasi,” tutur Saut.
Ia menjelaskan, kronologis dari runtuhnya bangunan tersebut adalah akibat lapuknya kayu di bagian atap, ditambah lagi terpaan hujan dan angin.
“Waktu itu bentuk bangunan panjang namun penopangnya nggak kuat, jadi patah di tengah. Jadi pada 4 Agustus lalu jatuh. Mau dibetulin sulit karena patah di dalam. Untungnya pas kejadian nggak ada siswa karena udah mau masuk jam pulang siswa,” kata dia.
Lanjut dia, pihak SMAN 7 Bekasi juga sudah mengajukan ke pihak sekolah, Dinas Pendidikan, Bappeda Kota Bekasi, provinsi, hingga pemerintah pusat. Namun sejak tahun berdirinya, perbaikan itu tidak pernah ada yang total.
“Kami juga pengennya perbaikan cepet karena sudah repot juga. Tapi nggak tau gimana caranya,” ujarnya. (Sel)