Infobekasi.co.id – Masa sekolah dari rumah bukan saja harus perlu bantuan ‘pihak’ lain jika tugas yang diberikan guru melalui WhatsApp, sulit dilaksanakan. Tetapi yang lebih penting adalah kuota internet di ponsel pun harus melimpah dan cukup.
Begitu juga yang dialami Muhammad Faturrahman (14) siswa SMP ini. Dia harus banting tulang untuk mendapatkan kuota tanpa harus membebani kedua orangtuanya, “Mau minta orang tua kasihan, mereka aja susah untuk beli kuota internet adik,” kata Fatur, sapaan akrab bocah yang sekolah di SMP swasta di Desa Mangunjaya, Tambun Selatan ini.
Kedua orang tuanya tidak cukup memiliki uang untuk beli kuota internet. Sang ayah hanya bekerja sebagai tukang jahit yang membuka usahanya di rumah, sedangkan ibunya yang dulu jualan gorengan di sekolah, kini hanya sebagai pembuat kantong pembungkus dari kertas bekas.
Sang adik yang kini kelas tiga SD juga harus banyak menerima tugas dari sekolah melalui WhatsApp, belum lagi kalau ada tugas membuat laporan pakai aplikasi vidio, jelas banyak menyedot pulsa, “Seminggu harus beli kuota Rp 25 ribu, padahal kalau sekolah nggak sampai segitu,” tandas Fatur.
Karenanya selepas sekolah online, sekitar pukul 09:00 dia pun sudah berada di steam motor-mobil. Bocah yang hobi futsal ini harus mencari uang menjadi tukang cuci di tempat pencucian sepeda motor, “Lumayan, sejak ikut nyuci motor, kuota internet bisa beli sendiri,” ujar bocah yang mengaku sedang mengumpulkan uang untuk membeli sepatu futsal.
Usaha steam yang menampung dia memang dikelola oleh pengurus RT setempat dan pekerjanya adalah mereka yang butuh biaya sekolah. Ada tiga orang yang ditampung di sana dan yang terkecil hanya Fatur.
Bagi Fatur, uang sebesar Rp 25 ribu seminggu sangatlah besar kalau berdua dengan adiknya, orang tuanya harus mengeluarkan Rp 50 ribu dan jika sebulan lebih dari Rp 200 ribu, “Kalau dibebani orang tua, nggak tega. Karena mereka juga harus memikirkan biaya kontrak rumah,” jelas Fatur, yang saat ini mengontrak di Perumahan Mangunjaya Indah I RT 008/010, Tambun Selatan.
Menurut Fatur, tenaganya akan terkuras saat akhir pekan, Sabtu dan Minggu, “Alhamdulillah, saya bisa dapet upah Rp 50 ribu sampai Rp 75 ribu kalau Sabtu dan Minggu,” kata Fatur, yang mengaku kalau dua hari itu bisa mencuci 20 – 25 sepeda motor dan beberapa mobil.
Kini Fatur berharap sekolah kembali bisa bertatap muka, jadi uang hasil ‘kerjanya’ bisa ditabung untuk keperluan lain, “Mudah-mudahan wabah ini cepat berlalu dan sekolah bisa dibuka lagi,” harap Fatur yang juga aktif di organisasi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Tambun Selatan.
Reporter: Saban