Zaman Jepang di Bekasi, 90 Tentara Jepang Dieksekusi Mati di Tepi Kali Bekasi

infobekasi.co.id – Pada suatu masa, Bekasi adalah daerah bagian dari kerajaan- kerajaan di nusantara. Sampai akhirnya nusantara harus tunduk dengan bangsa lain, yang menjadikan orang Bekasi manusia rendahan oleh orang-orang eropa.

Seperti, portugis, inggris, dan terutama Belanda, dan sampai masa jatuhnya titik nadir kehidupan rakyat Indonesia, ketika zaman penjajahan Jepang.

Pada 1 maret 1942, pesawat Jepang mendarat di teluk Banten menguasai Batavia yang menjadi pusat pemerintahan belanda.

Pada tanggal 9 maret 1942 pemerintah Belanda menyerah kepada Jepang di Kalijati, Subang, Jawa Barat, setelah menguasai Batavia, Jepang segara menguasai kota -kota dan daerah di Indonesia lainnya, salah satunya daerah Bekasi.

Dalam masa transisi perpindahan kekuasan antara Belanda dan Jepang, terjadi kekacauan di mana-mana, termasuk di wilayah Bekasi.

Penjarahan, perampokan dan pembunuhan hampir terjadi tiap tempat, termasuk di daerah Bekasi. Sebagain besar sasaran penjarahan terjadi di rumah-rumah tuan tanah dan saudagar saat itu, termasuk Ir. Tan, seorang pengola tanah partikelir Teluk Pucung yang terbunuh, sekaligus di jarah rumahnya. Dan juga banyak para mandor dan tukang pukul tuan tanah melarikan diri.

Kehadiran tentara Jepang awalnya disambut baik oleh rakyat Bekasi. Lantaran pemerintahan Jepang menata keadaan dan keamanan berlangsung tertib, tidak ada lagi kekacauan.

Namun, setelah satu minggu kemudian, mereka menampakan wajah aslinya. Jepang menetapkan beberapa peraturan, tentara Jepang lebih kejam dalam penindasan terhadap rakyat Bekasi.

Setidaknya pada era pemerintahan Belanda, mereka mau repot mengurus pasal-pasal untuk mengadili pelaku yang dianggap melakukan kejahatan. Tetapi berbeda dengan Jepang yang langsung melakukan eksekusi di tempat, tanpa diadili.

Dalam rangka menunjang perang Asia Timur Raya, Jepang memerintahkan kepada seluruh rakyat Bekasi untuk menyerahkan hasil panen, bahan pangan dan ternak mereka.

Bagi yang melanggar akan mendapat hukuman kekerasan dari tentara Jepang, bahkan sampai dieksekusi mati.

Beras yang menjadi makan pokok masyarakat hanya dikasih jatah satu keluarga satu liter untuk makan lima hari. Padahal saat itu Bekasi-Karawang penghasil beras terbesar, dan akibanya kelaparan marajarela.

Dan saat itu masyarakat Bekasi makan apa saja yang ditemui. Pada masa Jepang, penghentian impor seluruh barang terjadi, dan itu membuat masyarakat semakin menderita, obat-obatan hilang di pasaran.

Akibatnya banyak orang sakit tidak bisa diobati, pakaian, alat tulis pun hilang di pasaran. Para wanita dipaksa menjadi pemuas nafsu para tentara jepang saat itu.

Almarhum Kong Matalih saksi sejarah bercerita kepada penulis, Zaman Jepang kalau ada bini orang yang cakep, pasti dipinjem jepang.

Keadaan diperparah dengan adanya romusha (kerja paksa tanpa upah). Mereka dikirim ke berbagai daerah untuk bekerja, tanpa upah dan kekurangan makanan. Banyak pekerja romusha ini meninggal dan tidak di ketahui makamnya.

Suatu saat pemimpin tentara Jepang mengumpulkan rakyat Bekasi di alun-alun Bekasi untuk menyaksikan hukuman pancung warga Teluk pucung bernama Mahbub, yang diduga sebagai antek Belanda.

Saat Jepang kekurangan tentara untuk menghadapi pasukan Amerika Serikat dan sekutunya, Jepang merekrut para pemuda untuk memperkuat pertahanan. Jepang membuat kesatuan semi militer, seperti seinendan, fujinkai, keibodan, heiho dan Peta.

Jepang juga merangkul organisasi Islam untuk membuat semi militer, seperti hizbullah, pelatihan hizbullah dilakukan di Cibarusah, selama 2 bulan, dipimpin langsung komandan kompi tentara Jepang.

Pemerintahan Jepang juga menjajikan kemerdekaan untuk Indonesia, jika pada tanggal 24 Agustus 1945, Jepang menangkan perang Asia Timur Raya.

Tersiar kabar, bahwa Jepang menyerah kepada sekutu lantaran pemboman kota Hirosima dan Nagasaki, dan itu telah menghabisi semangat tentara perang Jepang.

Setelah terjadi insiden penculikan Soekarno ke Rengas Dengklok oleh para pemuda, akhirnya bangsa Indonesia menciptakan sejarah, pada tanggal 17 agustus 1945 Soekarno dan hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Pada masa transisi pemulangan tentara Jepang ke negerinya, terjadi tragedi di tepi kali Bekasi. Ketika kereta api yang mengangkut tentara jepang melintas di stasiun Bekasi di hentikan.

Saat itu setelah kemerdekaan RI, pemeriksan atau razia kereta api yang melintas sering terjadi oleh para jawara atau jago di wilayah mereka masing-masing.

Tanggal 19 oktober 1945, ketika kereta api tentara Jepang melintas di stasiun Bekasi, mereka dihentikan oleh para jawara atau jago Bekasi. Ketika para pejuang mengetahui bahwa penumpang kereta itu berisi tentara Jepang, para pejuang langsung merazia.

Ada perlawan cekcok adu mulut, akhirnya terjadi perkelahian didalam gerbong kereta, dan ketika masyarakat Bekasi mengetahui insiden itu, mereka beramai ramai datang ke stasiun Bekasi.

Lantaran masih ada dendam kepada tentara Jepang yang begitu keji kepada masyarakat Bekasi, akhirnya sebanyak 90 tentara Jepang di kumpulkan di tepi kali Bekasi, dan dieksekusi mati, lalu mayatnya di buang di kali Bekasi.

Kontributor : Khaidir Ali

Redaktur     : Dede Rosyadi

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini