infobekasi.co.id – Pondok Pesantren Attaqwa Putra gelar workshop kecerdasan hati dalam rangka meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) para guru, bertema “Mengabdi dengan Kecerdasan Hati”.
Pimpinan Pondok Pesantren Attaqwa Putra, KH. Husnul Amal Mas’ud menjelaskan visi dan program-program pesantren ke depan membutuhkan kerja dan kontribusi positif semua sektor dan stakeholder pesantren, termasuk SDM para guru.
“Semua khidmah kita untuk pondok Attaqwa, agar menjadi ibadah berawal dari hati dan niat pengabdian yang ikhlas,” ujar salah satu cucu Kyai Noer Ali tersebut.
KH. Husnul Amal mengungkapkan, kecerdasan hati dan efeknya yang luar biasa telah jelaskan Nabi Muhammad dalam sebuah hadits riwayat Buhhari dan Muslim.
“Sesungguhnya, di dalam badan ini terdapat sekerat daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh badan, dan jika ia rusak, maka rusaklah seluruh badan. Sesungguhnya, ia adalah hati.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Di tempat yang sama, pemateri Ubaydillah Anwar, seorang writer, trainer, speaker pengembangan soft skills, serta spiritualitas Islam berbasis kecerdasan hati (heart intelligence) membeberkan kajian tentang hati.
“Kajian Barat baru sampai pada abad belakangan tentang pembahasan al-qalbu, yang dalam bahasa Arab bisa bermakna hati ataupun jantung, dan kaitannya dengan kesehatan manusia,” tutur Ubaydillah Anwar di Auditorium Utama KH. Noer Ali, Yayasan Attaqwa Ujungharapan Bekasi, pada Senin (7/08/23) lalu.
Kata Ubaydillah, Al-Ghazali, Ibn Athoillah As-Sakandary dan para ulama tasawuf lainnya sudah beberapa abad sebelumnya, berbicara dan jauh lebih dalam membahas tentang hati dan kaitannya dengan semua aktifitas tubuh manusia, kesehatan fisik dan juga jiwa manusia.
Ia juga mengatakan, bahwa Al-Quran menggunakan idiom yang sangat variatif saat berbicara tentang hati. Bahasa Al-Qurannya adalah Nur ‘ala Nur, cahaya di atas cahaya.
“Ada Qalbun, Fuad, Lubb dan istilah-istilah lainnya dalam Al-Quran yang semuanya memiliki makna yang berbeda dan spesifik namun sangat berkaitan dengan hati,” terangnya.
Masih kata Ubaydillah, bahwa untuk menjaga dan meningkatkan kecerdasan hati, ada tiga hal yang harus dilakukan.
Pertama, Apresiasi hati dengan menemukan hal-hal penting dan non material yang patut disyukuri.
Untuk menemukannya, ada empat kata kunci, yaitu menemukan purpose (tujuan), meaning (alasan spiritual), passion (kelebihan terus memanggil kita untuk melakukan pekerjaan dengan baik) dan problem (tantangan harus kita taklukkan).
“Dengan menemukannya seluruh tubuh anda akan bergerak karena keterpanggilan dan pengabdian untuk selalu berbuat yang terbaik,” jelasnya.
“Sebagaimana Almaghfurlah KH. Noer Ali mampu memberikan segalanya yang dimiliki untuk Attaqwa dan Indonesia, bahkan secara totalitas di atas kepentingan dirinya dan keluarganya,” sambung Ubaydillah.
Kedua, melakukan gerakan hati dengan selalu berupaya berprestasi dan berkonstribusi secara terukur dan terstandar. Melakukan reskilling dan upskilling dalam ‘ilmu hal’, hingga akan mencapai kualitas sustainable career, hidup tanpa pensiun, mengabdi sepanjang hayat.
Ketiga, kerendahan hati, sehingga mampu menghormati orang lain, sambil melawan kesombongan diri. Juga siap membuka diri untuk berubah dan merespon perubahan dengan cara positif.
“Efek kerendahan hati adalah kesehatan mental dan keadaan jiwa selalu positif. Jika energi positif selalu ada dalam diri, pikiran dan perbuatan, maka akan menular pada orang lain. Menjadi bola salju yang terus akan menciptakan hal-hal positif lainnya yang luar biasa,” pungkasnya.
Sekedar informasi, acara yang dipandu Kepala Litbang Ponpes Attaqwa Putra, Ustadz H. Al-Fathan terlihat antusias puluhan guru menyimak dan mendengarkan Workshop sampai tuntas.
*YAT
Redaktur : Deros/A. Trobas