Infobekasi.co.id – Kampung Pengarengan, sebuah kampung tersembunyi di tengah ramainya wilayah Kaliabang Tengah, Kota Bekasi. Jika Anda mencari di Google Maps, mungkin dulu sulit menemukan titik koordinatnya. Kampung ini memang unik, dikelilingi oleh perumahan, kawasan bisnis, dan jalan utama yang justru mengarah ke Kavling Pengarengan. Banyak yang mengira hanya ada kavlingan di sana, padahal di balik itu, tersimpan sebuah kampung yang dihuni oleh warga Bekasi sejak turun temurun.
Di tengah modernisasi yang pesat, Kampung Pengarengan tetap mempertahankan identitas dan tradisi keislaman. Salah satu tokoh sentral yang berjasa dalam menjaga nilai-nilai tersebut adalah Alwi Royani, atau yang lebih dikenal sebagai Guru Alwi.
Alwi muda, kala itu, selain aktif dalam kegiatan keagamaan di kampungnya, juga merupakan seorang lulusan santri belajar dari Banten. Ia rutin mengikuti pengajian kitab kuning bersama ulama Bekasi yakni Almagfurllah KH. Noer Ali, setiap malam Minggu di Pesantren Attaqwa, Bekasi. Ilmu yang didapatkannya kemudian diabdikan untuk masyarakat Kampung Pengarengan.
Setelah menimba ilmu, Alwi ‘mewakafkan’ dirinya untuk mengabdikan diri pada masyarakat Kampung Pengarengan. Ia memimpin salat berjamaah di musala, mengajar mengaji anak-anak, remaja, hingga mengadakan pengajian untuk para bapak tiap malam jumat dari rumah ke rumah. Selain itu, Ia juga menjadi guru sekaligus pionir di sebuah Madrasah Ibtidaiyah (MI) Kampung Pengarengan Kaliabang Tengah, Kota Bekasi.
Konon, Madrasah Ibtidaiyah yang dirintis oleh Guru Alwi Royani adalah sekolah tertua di Kampung Pengarengan, Kaliabang. Bukti nyatanya adalah banyaknya murid dari berbagai kampung sekitar yang menimba ilmu, seperti dari Kampung Rorotan, Kampung Rawa Silam, Kampung Poncol, dan kampung-kampung lain pada era tahun 1980-an hingga 1990-an.
Beberapa murid di sekolah tersebut yang kini menjadi guru membenarkan hal ini. Dahulu, mereka bersekolah di Madrasah Kampung Pengarengan lantaran sekolah setingkat ibtidaiyah (SD) belum banyak berdiri di Kaliabang. Madrasah Ibtidaiyah Pengarengan menjadi satu-satunya harapan bagi anak-anak kampung sekitar untuk mendapatkan pendidikan formal berbasis agama sekaligus agar bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Pada masa itu, Madrasah Kampung Pengarengan hanya menyelenggarakan pendidikan hingga kelas tiga MI (selevel SD). Setelah lulus, para murid melanjutkan pendidikan ke sekolah-sekolah di luar Kampung Pengarengan. Guru Alwi dikenal sebagai sosok yang totalitas dalam membangun peradaban moral dan spiritual masyarakat setempat.
Dengan sabar dan tanpa pamrih, lelaki yang kalem, pendiam, namun tegas ini membimbing umat, memberikan teladan, dan menanamkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari. Berkat keistiqomahannya dalam menebar ilmu agama, Ia berhasil mencetak murid-murid yang kini menjadi tokoh agama dan guru di berbagai wilayah.
Regenerasi keilmuan terus berlanjut hingga saat ini. Di antara murid-muridnya yang kini menjadi tokoh agama. Ini adalah buah dari ketegasan dan keuletan Guru Alwi dalam mengajar ngaji dan ilmu agama.
Barulah pada era 2000-an, MI Kampung Pengarengan Kaliabang mengembangkan diri dengan membangun kelas hingga jenjang enam Madrasah Ibtidaiyah. Hal ini menjadi bukti komitmen sekolah untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan dan memberikan kesempatan yang lebih luas bagi anak-anak Kampung Pengarengan dan sekitarnya.
Begitulah jejak perjalanan Madrasah Ibtidaiyah di Kampung Pengarengan Kaliabang yang dirintis oleh Almarhum Guru Alwi Royani. Sebuah sekolah yang bukan hanya menjadi tempat belajar, tetapi juga saksi bisu sejarah pendidikan di wilayah tersebut, serta simbol semangat pengabdian seorang guru yang tak pernah padam.
Lalu, bagaimana dengan asal usul nama Kampung Pengarengan?. Menurut cerita yang diwariskan secara turun temurun oleh warga setempat, dulunya di wilayah ini tumbuh pohon asam yang kayunya dimanfaatkan untuk membuat arang. Pohon asam itu juga kemudian digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, entah untuk memasak maupun dijual.
Selain itu, di Kampung Pengarengan juga terdapat kober atau makam Bani Eron yang sudah ada sejak dahulu kala. Keberadaan makam ini menjadi bukti bahwa penduduk Kampung Pengarengan telah mendiami wilayah tersebut jauh sebelum adanya pembangunan perumahan (BTN) yang kini mengelilingi kampung ini.
Dari segi pendidikan, masyarakat Kampung Pengarengan saat ini sudah cukup berkembang. Mulai dari lulusan SMA hingga sarjana sudah banyak. Para remaja juga mulai berani menuntut ilmu di berbagai sekolah dan kampus di luar kampung, membuka wawasan dan melihat dunia yang lebih luas.
Namun, satu hal yang tetap dipegang teguh oleh masyarakat Kampung Pengarengan adalah pondasi pendidikan agama yang ditanamkan oleh para orang tua, adalah, anak Bekasi kudu pandai mengaji, begitu ungkapan para orang tua zaman dahulu, yang terus diwariskan hingga kini.
(Dede Rosyadi)
#KampungPengarengan #Infobekasi #GuruAlwi










































