Bantarebang – Meski sempat diungsikan akibat kebakaran yang terjadi di gunung sampah TPST Bantargebang, kini para siswa yang kesehariannya menjadi pemulung bisa belajar normal.
“Di awal-awal kejadian kebakaran, anak-anak sempat panik dan mengungsi belajarnya. Tapi saat ini proses belajar mengajar sudah berlangsung normal meski api belum padam dan kepulan asap masih parah,” ujar Ketua Pengurus Yayasan Tunas Mulia yang juga bertindak sebagai aktivis lingkungan di Bantargebang, Juwarto saat dihubungi infobekasi.co.id, Selasa (16/9) sore.
Juwarto yang juga memiliki Sekolah Alam Tunas Mulia, Sumurbatu dengan 125 siswa pemulung ini menjelaskan bahwa efek asap yang masih terjadi ini dikarenakan masih adanya kemungkinan ada api di dalam tumpukan sampah yang terus menyala saat ada angin.
“Masih belum berhenti asapnya. karena hembusan angin yang memacu api merambat. sebetulnya, kasihan juga asap nggak sehat ini dihirup sama anak-anak, tapi ya mau gimana lagi,” ujar dia.
Kata dia juga, kebakaran yang terjadi sejak Jumat (17/9) ini telah melahap sebanyak 3 Zona di lokasi TPST, atau sekitar 30 Hektar. Kini juga, dampaknya mulai menimbulkan keluhan-keluhan oleh masyarakat yang tinggal di wilayah utara lokasi kebakaran.
“Yang cukup membuat warga resah, angin kan berhembusnya dari selatan ke arah utara. Nah, warga yang rumahnya berada di Utara mulai mengeluh sesak,” tuturnya.
Untuk diketahui, Sekolah Alam Tunas Mulia asuhan Juwarto ini merupakan sekolah gratis untuk para anak pemulung di daerah Sumurbatu, Bantargebang untuk usia PAUD hingga Kuliah dengan fasilitas beasiswa.(Sel)