infobekasi.co.id – View lapangan sepak bola kampung Pengairan, belakang Summarecon diambil dari atas permukaan terlihat indah dan estetik.Gambar ini diabadikan oleh netizen @ilprincipino87_aerial_fpv.
Lapangan sepak bola tersebut diapit oleh rumah-rumah penduduk sekitar. Di tambah rimbunan pepohon di sudut timur lapangan.
Foto ini sekaligus menggambarkan, lapangan sepak bola sudah jarang bahkan nyaris punah di Kota Bekasi. Meski ada, harus membayar ongkos sewa jika ingin main bola.
Di Bekasi Utara, tepatnya di Kaliabang Pengarengan, Kota Bekasi. Dulu pernah ada sebuah lapangan sepak bola yang pernah menjadi saksi bisu pertandingan tarkam alias antar kampung. Tiap sore orang sekampung nonton dan main bola tanpa harus beli tiket.
Ada Kharisma FC, Tiga Roda FC, dan masih banyak tim kesebelasan dari lintas profesi. Mereka pernah mengadakan tanding bola alias adu ketangkasan dalam memainkan si kulit bundar di Lapangan Engkong Haji Muhammad, Kampung Kaliabang Pengarengan.
Bendera kesebelasan pun dibikin dengan sederhana, dengan cat atau sablon yang didesain dengan tangan alias manual. Icon/lambang tim ada gambar burung, macan, harimau, kalajengking, dan hewan yang dianggap punya “kesaktian” biar nambah percaya diri tim kesebelasan jika bendera itu dikibarkan.
Bendera kesebelasan dijejerkan pinggir lapangan dengan tiang bambu. Ada sekitar belasan bendera dari berbagai tim, termasuk kesebelasan Kharisma, Persikaro, Tiga Roda dan lainnya. Jika ada tim kalah atau gugur dibabak penyisihan, maka bendera itu diturunkan secara manual.
Uniknya, kesebelasan Tiga Roda ini mayoritas pemainnya tukang becak. Sebab itu dinamai Tim Tiga Roda. Jangan tanya soal stamina para pemain ini. Otot kaki kekar menjadi andalan mereka, lantaran sering mengayuh becak tiap hari. Tendangan pemain kesebelasan Tiga Roda pun tidak kalah dengan Tsubatsa.
“Saya dulu pernah jadi bagian kesebelasan Tiga Roda. Mainnya di lapangan bola Engkong Haji Muhammad,” kenang Zahroin alias Gepeng, saat berbincang dengan jurnalis infobekasi.co.id, beberapa waktu lalu.
Meksi bermain otodidak tanpa latihan, apalagi kursus sepak bola . Cuma modal mental dan stamina. Pemain Tim Tiga Roda melaju ke babak final merebutkan piala Tarkam.
“Kalau lagi main, kita kuat kaki ajah. Ya main bola di lapangan kampung kadang lawan suka mantek kaki. Nendang sekenanya, main kuat-kuatan kaki jadinya. Untungnya kita tukang becak jadi ga masalah,” seloroh Zahroin mengenang kisah kejayaan Tim KesebelasanTiga Roda.
Meksi demikian, para pemain dari latar belakang profesi becak ini menyabet gelar juara pada pertandingan saat itu. Entah memang mujur, garis tangan keberuntungan atau memang faktor tahan banting di lapangan. Intinya kesebelasan Tiga Roda memboyong piala, menyisihkan lawan-lawan lainnya.
Kini, lapangan Kaliabang Pengarengan, Engkong Haji Muhammad berubah menjadi rumah-rumah penduduk. Generasi selanjutnya bingung, ingin main bola.
Meski ada mereka musti menyewa, bahkan numpang main di lapangan tetangga kampung yang masih ada sisa lahan buat bermain sepak bola.
Penulis : Dede Rosyadi