Tokoh Marzuki Hidayat Diabadikan Jadi Nama Jalan di Kawasan Duren Jaya

infobekasi.co.id – Marzuki Hidayat secara resmi sebagai tokoh kehormatan daerah Kota Bekasi menjadi nama Jalan Marzuki Hidayat, menggantikan nama Jalan Karang Satria di Duren Jaya, Bekasi Timur, Kota Bekasi.

Perubahan nama jalan tersebut dibacakan ketua tim Abdul Manan dalam peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia ke-78 oleh Pemerintah Kota Bekasi di Alun-alun Kota Bekasi pada Kamis, 17 Agustus 2023.

Pembacaan disertai dengan penetapan 12 nama tokoh daerah Kota Bekasi yang diabadikan menjadi nama jalan dan pemberian gelar kehormatan terhadap 10 orang tokoh daerah.

Dari 12 nama tokoh yang diabadikan menjadi nama jalan adalah Marzuki Hidayat. Dalam lampiran Keputusan Wali Kota Bekasi Tri Adhianto no.860/Kep.363.Kessos/VIII/2023, tentang Penetapan Tokoh Daerah Dijadikan Nama Jalan di Kota Bekasi dideskripsikan Jalan Karang Satria diubah menjadi Jalan Marzuki Hidayat.

Titik awalnya di simpang tiga Jalan M. Yamin (Superindo Kampung Cerewed), titik akhirnya di Simpang Tiga Jalan Pahlawan.

Dari biodata beberapa buku, dan wawancara, terangkum bahwa Marzuki Hidayat kelahiran Kampung Gabus Bekasi pada 1922 (wafat 30 April 1995), itu penuh warna. Pernah menempuh pendidikan Sekolah Rakyat (SR) di Pisangan Bekasi sampai kelas 2.

Lantas nyantri kepada beberapa ulama, antara lain KH Abdul Hamid di Bekasi, KH Abdul Baqir di Rawa Bengke, KH Hasan Musthafa di Cilember, KH Muhammad Nuh di Ciparay. Ia juga kursus tata negara di Jatinegara kepada Mr. Yusuf Wibisono, Surjono Perwowo, KH Wahid Hasyim, dan KH Noer Ali.

Saat Jepang menduduki Indonesia, Marzuki Hidayat mengikuti pelatihan montir penerbang Angkatan Laut Jepang di Surabaya selama enam bulan. Setelah lulus ia ditempatkan di hanggar lapangan terbang Surabaya dan Cililitan Jakarta sebagai montir pesawat.

Dan juga pernah bekerja sebagai juru tulis onderneming perkebunan karet di Curug Kosambi Karawang, anggota Gerakan Pemuda Islam Bekasi (GPIB), dan juru tulis Kewedanaan Bekasi.

Pada masa perang kemerdekaan 1945-1949 sampai akhir hayatnya pada 1995, Marzuki Hidayat tetap anak buah dan sahabat KH Noer Ali.

Tahun 1945-1947 sebagai Komandan Pasukan Batalion II Hizbullah Bekasi, Komandan Kompi XIX Markas Pusat Hizbullah Sabilillah Jakarta Raya (1947-1949), Korlap Gerakan Plebisit Republik Indonesia di Bekasi (1949), salah seorang pelopor pembentukan Kabupaten Bekasi (1950), Ketua Pejuang Islam Bekasi Bersenjata (1950), pengurus partai Masjumi Cabang Bekasi (1950-an).

Masa Orde Baru sempat mendirikan pabrik roti dan agen koran, mendirikan Yayasan Kesejahteraan dan Pendidikan Islam (Yakpi) Bekasi, anggota tim penelusur dan penghimpun data sejarah Bekasi. Bersama istrinya, Siti Nurhayati, mendirikan madrasah untuk anak-anak di sekitar rumahnya.

Persahabatan Marzuki Hidayat dengan KH Noer Alie membuat Marzuki Hidayat meminta saya menulis biografi KH Noer Alie. Saya penuhi, jadilah buku “KH Noer Alie: Kemandirian Ulama Pejuang.”

Terinspirasi kepada ketawadhuan proklamator Mohammad Hatta dan KH Noer Alie, pada masa hidupnya Marzuki Hidayat berpesan kepada anak-anaknya, bila kelak wafat agar tidak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan.

“Di makam keluarga saja, di Cikarang atau di Gabus,” katanya.

Marzuki Hidayat wafat pada 30 April 1995, dimakamkan di kompleks pemakaman keluarga, Kampung Kebon Kopi, Jl. KH. Fudholi, Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi.

Editor : Dede Rosyadi

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini