infobekasi.co.id – Di tengah beragam sajian modern yang kini turut meramaikan perayaan hari raya, warga Bekasi tetap setia menjaga tradisi kuliner yang telah turun-temurun.
Salah satu warisan budaya yang tetap lestari hingga kini adalah hidangan khas berupa Pesor dan Semur Daging, dua menu wajib yang selalu hadir di meja makan saat perayaan Idul Fitri maupun Idul Adha.
Dalam sebuah unggahan yang viral di media sosial, tampak sepiring semur daging berwarna cokelat gelap, menggoda selera dengan potongan daging yang empuk dan bumbu rempah yang meresap sempurna.
Hidangan ini disandingkan dengan pesor, sejenis lontong yang dibungkus dengan daun pisang dan dimasak dengan cara dikukus hingga padat dan kenyal. Hidangan tersebut bukan hanya sekadar makanan, melainkan simbol kebersamaan dan warisan budaya kuliner terus dijaga masyarakat Bekasi.
Jejak Tradisi dari Dapur ke Meja Makan
Pesor dan semur daging bukanlah makanan biasa. Bagi masyarakat Bekasi, terutama dari kalangan Betawi Bekasi, keduanya adalah sajian sakral menjadi lambang syukur dan kebersamaan. Pesor, meski sekilas mirip dengan lontong atau ketupat, memiliki tekstur lebih padat dan rasa khas. Dibungkus dengan daun pisang muda dan dimasak dengan waktu cukup lama, pesor menyimpan aroma khas yang hanya bisa ditemukan pada masakan tradisional.
Sementara itu, semur daging Bekasi memiliki karakter rasa yang kaya. Di masak dengan campuran bawang merah, bawang putih, kemiri, pala, kayu manis, dan cengkeh, serta diberi kecap manis khas Indonesia, semur ini menghasilkan rasa manis, gurih, dan sedikit pedas. Potongan daging digunakan biasanya daging sapi dimasak dalam waktu lama hingga benar-benar empuk dan mudah dikunyah, menjadi sajian cocok disantap bersama pesor.
Lebaran Tak Lengkap Tanpa Pesor dan Semur
Bagi banyak keluarga di Bekasi, memasak pesor dan semur daging bukan hanya soal makanan, tetapi juga soal menjaga ikatan keluarga dan mengenang masa lalu. Proses memasak biasanya dilakukan bersama, melibatkan anggota keluarga dari berbagai usia, dari ibu yang memimpin di dapur, hingga anak-anak yang ikut membantu membungkus pesor.
“Sejak saya kecil, tiap lebaran pasti ada pesor dan semur. Rasanya bikin kangen rumah. Walaupun sekarang banyak makanan baru, kami tetap masak ini karena rasanya seperti pulang,” ujar Laila, yang lahir di Bekasi.
Menu ini juga menjadi hidangan utama saat menjamu tamu yang datang bersilaturahmi. Bagi tamu yang berasal dari luar daerah, pesor dan semur menjadi pengalaman kuliner yang unik dan tak terlupakan. Aromanya yang harum, rasa rempah yang dalam, dan kekentalan semurnya seringkali memikat siapa pun mencobanya pertama kali.
Warisan Budaya yang Perlu Dijaga
Seiring dengan perkembangan zaman dan gaya hidup yang serba instan, banyak tradisi kuliner lokal yang mulai tergeser. Namun, pesor dan semur daging tetap bertahan sebagai simbol identitas warga Bekasi. Tidak sedikit komunitas pecinta kuliner lokal kini mulai aktif mempromosikan kembali menu-menu tradisional ini lewat media sosial dan festival kuliner daerah.
“Pesor dan semur bukan hanya makanan, tapi cerita. Cerita tentang keluarga, tentang tanah tempat kita tumbuh, dan tentang bagaimana rasa bisa menyatukan rasa,” timpal Ayip, penikmat kuliner khas Bekasi.
Ke depan, diharapkan generasi muda Bekasi tak hanya menikmati, tetapi juga belajar memasak dan melestarikan resep-resep autentik ini agar tetap hidup dan dikenal luas oleh masyarakat Indonesia, bahkan dunia.
Deros / infobekasi
#PersorDagingSemur #Infobekasi #Kuliner