Infobekasi.co.id – “Makan burung dikendodongin bisa nambah nasi dua piring,” begitu komentar orang Betawi Bekasi saat menyantap lezatnya burung ayam-ayaman yang habitatnya di persawahan.
Makan nasi, lauknya kedondong burung. Namanya agak aneh karena ini kuliner sangat spesifik dari daerah Bekasi. Masih bisa ditemui di wilayah Ujung Harapan, Babelan. Warga setempat masih suka membuat salah satu menu lauk pernah nyohor di zamannya.
Bahannya, burung ayam-ayaman sawah dan kulit pohon kedondong yang sudah melewati proses. Bahan ini ditumbuk sampai hancur seperti butiran kasar, lalu digoreng dengan bumbu. Gurih sekali, nampol rasanya.
Burung ayam-ayaman hidup di semak belukar dan mencari makan di pesawahan. Masyarakat biasanya menunggu pemikat atau penjaring burung yang terkenal gesit larinya saat berada di pematang sawah dan rerumputan.
Biasanya usai musim panen padi. Para pedagang berkeliling kampung, menjual burung yang sudah terbilang langka dan susah dipelihara itu.
Apalagi saat sekarang, kadang musti inden (pesan dulu dari jauh-jauh hari) ke penjaring burung biar bisa kesampaian makan kedodong burung. Maklum sarang burung tersebut tergerus dengan lahan perumahan.
Setelah bershasil diburu, pedagang menjual burung tersebut dengan cara keliling kampung, Burung dibawa pakai kandang dari bambu ditaruh di sepeda. Dalam satu kandang biasanya ada puluhan ekor burung ayam-ayaman yang masih gesit dan liar.
Tidak harus menunggu lama, pedagang biasanya berjualan dari pagi hingga siang, warga Bekasi berebut membeli. Sekarang harga berkisar Rp 25 ribu per ekor. Tapi masih bisa transaksi tawar menawar harga jika membeli lebih dari satu.
Jangan harap, makan burung dikendodongin tidak bisa setiap saat ada. Lantaran burung ayam-ayaman ini muncul pada saat-saat tertentu. Dan suka bermigrasi dari satu persawahan yang ada di sekitar Bekasi.
Penasaran, jika kalian belum pernah ngerasain makan burung dikendodongin. Silahkan mampir ke Bekasi.
(Dede Rosyadi)