Infobekasi.co.id – Di balik ketenaran lagu Melati di Tapal Batas bernuansa perjuangan tersebut tidak banyak orang tahu jika lagu yang dibuat tahun 1947 ini memiliki kisah.
Bang Maing, demikian sapaan akrab Ismail Marzuki yang juga putra asli Betawi kelahiran kwitang, Jakarta, dalam perjalanan ke Yogyakarta, dirinya dan penyair Suto Iskandar singgah di Cikampek.
Mereka bertemu Komandan Resimen V Cikampek, Letnan Kolonel Moeffreni Moe’min.
Moeffreni lantas menceritakan masalah yang sedang dihadapinya di front Jakarta Timur. Ia meminta kepada Ismail Marzuki menciptakan suatu lagu yang bisa mempengaruhi para remaja putri untuk menarik diri dari garis depan pertempuran, tanpa harus kehilangan kehormatan.
Sebab, wilayah Bekasi dan Karawang saat itu menjadi wilayah bertempur. Para pemuda ikut serta dalam mempertahan kan kemerdekaan Republik Indonesia, akan tetapi bukan hanya dari kalangan laki-laki saja, tetapi perempuan juga ikut bertempur di medan perang.
Kebanyakan mereka adalah anak-anak perempuan para petani di Karawang dan Bekasi. Keikut sertaan para pejuang perempuan itu tidak diiringi dengan keterampilan bertempur.
Rata-rata bergabungnya para putri petani tersebut hanya bermodalkan keberanian dan keinginan untuk ikut mengusir penjajah. Akibatnya banyak para gadis tergabung dalam laskar-laskar itu menjadi makanan peluru musuh di medan pertempuran.
Tetapi jika hal itu disampaikan secara langsung kepada mereka, Moeffreni yakin akan ada penolakan. Maklum, darah muda. Karena itu, Ia lantas mencari akal, bukan saja komandan yang melarang tetapi masyarakat juga ikut melarang.
“Bukan kami tidak percaya, namun sebagai perempuan mereka memiliki tugas yang lebih penting untuk melahirkan generasi baru. Kalau mereka semua gugur di medan perang, lantas siapa yang akan meneruskan perjuangan ini,?” kata Moeffreni dalam biografinya berjudul Jakarta-Karawang-Bekasi, Dalam Gejolak Revolusi: Perjuangan Moeffreni Moe’min.
Lalu Ismail Marzuki, terbesit ide menciptakan suatu lagu. Sekitar awal tahun 1947, berkumandang lagu Melati di Tapal Batas di seantero Pulau Jawa. Wilayah Bekasi dan Jakarta Timur pun heboh.
“Responnya sangat bagus, para remaja putri banyak yang sadar, bahwa berjuang mempertahankan kemerdekaan tidaklah harus lewat memanggul senjata,” tegas Kolonel Moeffreni Moein.
Penulis : Khaidir Ali
Editor : D. Rosyadi