BEKASI – Setiap sekolah pasti memiliki sejarah masing-masing, demikian pula dengan SMA Negeri 1 Bekasi. Mulai dari belum memiliki gedung sendiri sampai berkembang seperti sekarang.
Kota Bekasi sebagai penyangga ibu Kota Jakarta dan berada di sebelah timur Jakarta berpeluang besar menyelenggarakan pendidikan sesuai dengan tuntutan masyarakatnya. Untuk menjawab tuntutan masyarakat Bekasi, maka Bapak Raden K. Kusumo, pada 1962 memprakarsai berdirinya SMA Negeri yang pada saat itu masih menumpang di gedung SMP Negeri 3 selama satu setengah tahun, dan sebagai filial dari SMA Negeri Karawang.
Seperti penuturan Kepala Sekolah SMAN 1 Bekasi, Mawar, sejak lebih dari setengah abad yang lalu, jalan KH. Agus Salim menjadi saksi bisu dalam sejarah perkembangan pendidikan di Kota Bekasi.
“Karena untuk mencapai sekolah, akses dari arah Selatan hanya satu jalan yang tersedia,” tuturnya.
Lanjut Mawar, para pelajar yang datang dari Cikarang, Tambun, Kranji, Cakung, dan Klender, masuk melalui Proyek. Setelah melalui rel kereta api, para pelajar ramai-ramai berjalan atau bersepeda, karena belum ada ojek, apalagi angkot, kecuali becak dan sado, andong, atau dokar yang menyusuri Jalan Teluk Angsan yang belum diaspal.
“Dulu akses jalan masih satu jalur dan belum diaspal,” kata Mawar mengisahkan.
Dengan melalui pabrik penggilingan padi, kebun jeruk milik tuan tanah, Tan Goan Tjin telah berubah menjadi Patal Bekasi bersebelahan dengan rumah pemotongan hewan, saat ini telah berubah menjadi jalan tembus dari jalan KH. Agus Salim ke Teluk Buyung tau Jalan Perjuangan.
Kemudian di 1962, pemerintah membuka Sekolah Menengah Atas Negeri Bekasi filial dari SMAN Karawang, tentunya untuk menampung lulusan SMPN 1 Bekasi yang berdiri lebih dulu dan SMP lainnya di sekitar Bekasi.
“Awalnya adalah SMA Negeri Bekasi filial dari SMAN Karawang,” ujarnya.
Dijelaskannya pula, lokasi pertama SMAN Bekasi filial SMAN Karawang ini untuk sementara menempati gedung Sekolah Kepandaian Putri (SKP) yang sekarang menjadi SMPN 3 Bekasi karena memang saat itu belum mempunyai bangunan sendiri.
“Pimpinan pertama SMAN Bekasi filial SMAN Karawang adalah Bapak Herkusumo, dengan wakilnya Ibu Siti Bulan Rasyid,” jelas Mawar.
Pada 1963, Ibu Siti Bulan Rasyid diangkat sebagai Pelaksa Tugas (PLT) SMAN Bekasi, sampai akhirnya Drs. Sukarsa Wirananggapati diangkat sebagai direktur sekolah.
Status SMAN Bekasi sendiri ditetapkan dengan SK Kakanwil DEPDIKBID JABAR, 30 Juli 1964 No. 79/SSk/B.II tentang Penegerian SMAN Bekasi.
Setelah kurang lebih dua tahun menempati gedung SKP, kemudian pindah ke lokasi baru, yaitu eks SDN Teluk Angsan (sekarang adalah SMPN 18 Bekasi), sementara SD Teluk Angsan sebelumnya direlokasi ke gedung baru SD (saat ini menjadi SD Bekasi Jaya, di Pasar Kerbau di depan Radio Dakta).
“Walaupun kondisi bangunannya SMAN Bekasi pada waktu itu sederhana, tapi memiliki siswa yang berkualitas,” katanya.
Ia menceritakan, pada 1965, SMAN Bekasi meluluskan angkatan pertamanya. Dan pada saat itu, keadaan siswa SMA induk sembilan kelas, siswa SMA filial delapan kelas. Dan saat ini SMAN 1 Bekasi berdiri dengan megah dan sudah memiliki fasilitas lengkap.
“SMAN 1 Bekasi saat ini sudah memiliki fasilitas lengkap,” ujar dia.
Saat ini SMAN 1 Bekasi memiliki, 10 IPA (kelas X), 1 IPS (kelas X), 10 IPA (kelas XI), 1 IPS (Kelas XI), 9 IPA (Kelas XII), 2 IPS (Kelas XII), dan 2 kelas Aksel.
“Saat ini SMAN 1 Bekasi dilengkapi dengan laboratorium fisika, kimia, biologi, bahasa, komputer, audio visual, perpustakaan, kantin sehat dan kantin kejujuran, koperasi, UKS, masjid, dan beberapa sarana pendukung lainnya,” tuturnya. (Apl)