Beras Plastik, Kata Paduka Jangan Dibesar-besarkan

IMG-20150525-WA0019Seorang cucu bertanya kepada Kakeknya, Kong sudah makan belum? Jawab Si Kakek; Baru makan 5 buah ubi jalar tong?

Sudah turun temurun, makan berarti mengkonsumsi beras atau nasi. Terlepas nasi memiliki kandungan yang sama dengan jagung, sagu, singkong atau umbi lainnya.

Syahdan, temuan beras plastik menyita perhatian semua manusia di republik ini. Semua berkepentingan dengan kejadian tersebut. Semua merasa terusik. Kekhawatiran dan ketakutan pun menyelimuti. Sebuah pertanyaan apakah nasi yang selama ini saya makan sintetis atau bukan. Praktis, belakangan ini berita beras sintetis paling banyak dikonsumsi masyarakat.

Lumrah, siapa sih yang tidak berkepentingan dengan beras?

Oleh Pemerintah Kota Bekasi bertindak cepat dengan segera menguji sampel beras yang diduga beras sintetis tersebut. Etis bila cepat dan tanggap Pemerintah Kota Bekasi mendapat apresiasi publik.

Melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bekasi segera menindaklanjuti pengaduan Dewi Septiani si “penemu” beras plastik. Untuk mendapat kepastian, Pemerintah Kota Bekasi menguji beras yang diduga plastik tersebut ke laboratorium Sucofindo, BUMN yang bergerak dalam bidang pemeriksaan, pengawasan, pengujian, dan pengkajian.

Hasilnya, lembaga yang 95 persen sahamnya dimiliki negara itu menemukan bahan senyawa kimia dari beras sampel yang terdiri dari BBP (benzyil butyl phtalate), DEHP (diethyl hexyl phthalate), dan DMP (dimethyl phthalateshalate). Duh, ini kan bahan yang digunakan industri untuk membuat kabel, keramik, dan pipa paralon.

Selaku pemerintah daerah, Kota Bekasi sudah bertindak sesuai dengan wewenangnya. Pemerintah kota sekadar menguji dugaan adanya beras sintetis. Setelah terbukti melalui uji laboratorium, tinggal pihak Kepolisian, Bulog dan Kementerian Perdagangan yang bertindak.

Sayang seribu kali sayang, Kementerian Perdagangan melalui Direktur Jenderal Standarisasi dan Perlindungan Konsumen Widodo justru menyulut polemik baru. Ia mengatakan hasil uji ilmiah beras sintetis oleh Sucofindo tidak dapat dipertanggungjawabkan validitasnya  (http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20150521180757-92-54861/kemendag-meragukan-akurasi-hasil-uji-beras-sintetis-sucofindo/ )

Sementara Paduka Yang Mulia Presiden Joko Widodo ketika ditemui di kampung halamannya, Solo, Minggu (24/5/2015) mengatakan jangan dibesar-besarkan. Ajaib ya, urusan yang berhubungan dengan perut rakyat jawaban paduka seperti itu. Terus, yang perlu dibesar-besarkan apa dong paduka…? (*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini