infobekasi.co.id – Ketika langit biru dan hamparan alam memanggil para pendaki ke puncak-puncak tertinggi Indonesia, satu kejadian tragis kembali menyadarkan kita bahwa keindahan alam juga menyimpan risiko.
Sempat heboh beberapa waktu lalu, seorang wisatawan asal Brasil, Juliana Marins (26), kehilangan nyawanya dalam pendakian di Taman Nasional Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat, Sabtu (21/6/2025).
Juliana terjatuh di jalur pendakian ekstrem. Jenazahnya ditemukan empat hari kemudian, di kedalaman sekitar 600 meter, dan baru bisa dievakuasi pada Rabu (25/6/2025) karena cuaca buruk dan medan yang terjal.
Tragedi ini menggugah perhatian nasional. Dalam pernyataan resminya pada Sabtu (28/6), Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana menyampaikan seruan penting tentang kepatuhan terhadap Standar Operasional Prosedur (SOP) pendakian ekstrem.
“Kejadian ini bukan hanya duka, tetapi juga pengingat. SOP bukan sekadar formalitas, tetapi garis hidup,” ujar Menteri Widiyanti, dikutip infobekasi. co. id.
Kemenpar menegaskan bahwa setiap operator wisata ekstrem, termasuk pemandu dan porter, wajib mengikuti pelatihan ulang mencakup aspek keselamatan, evakuasi, hingga komunikasi krisis. Ini bagian dari komitmen memperkuat standar keselamatan, khususnya pada destinasi seperti Rinjani yang masuk dalam kategori pendakian ekstrem.
Pengawasan juga akan ditingkatkan lewat audit menyeluruh terhadap operator pendakian. Hanya mereka yang memiliki sertifikasi resmi yang diizinkan untuk beroperasi.
“Keselamatan wisatawan adalah tanggung jawab kita bersama,” tegas Widiyanti.
Bersamaan dengan liburan sekolah yang sedang berlangsung, Kemenpar mengimbau masyarakat dan wisatawan, khususnya wisatawan asing, untuk lebih bijak dalam memilih kegiatan wisata ekstrem.
Beberapa imbauan penting disampaikan antara lain, gunakan operator resmi dan pemandu bersertifikat. Patuhi protokol keselamatan, termasuk tidak keluar dari jalur pendakian.
Kemenpar juga tengah memperkuat kolaborasi lintas instansi, termasuk dengan Basarnas, TNI/Polri, BPBD, Balai Taman Nasional, dan Dinas Pariwisata daerah, untuk memastikan SOP benar-benar dijalankan di lapangan.
Tragedi ini, meski menyedihkan, menjadi pengingat akan pentingnya keselamatan sebagai prioritas utama dalam pengelolaan pariwisata. Di tengah upaya Indonesia mendorong wisata petualangan dan alam terbuka, SOP bukan sekadar peraturan, tetapi perisai pertama bagi nyawa.
“Kita tidak bisa mencegah alam menjadi liar, tapi kita bisa bersiap menghadapi risikonya,” ucap Widiyanti.
Dede Rosyadi
#WisataAlam #Pendaki #KemenparRI #Infobekasi #PendakiGunung