Ratusan Santri Geruduk Trans7 Protes Tayangan ‘Xpose Uncensored’ yang Kontroversial

Infobekasi.co.id – Ratusan anggota Laskar Santri Nusantara menggelar aksi damai menggemparkan di depan Gedung Trans7, Jakarta Selatan, pada Selasa siang. Aksi ini merupakan bentuk protes keras terhadap tayangan program “Xpose Uncensored” dianggap telah mencoreng citra pesantren.

Dengan semangat membara, massa aksi membawa spanduk-spanduk bertuliskan seruan moral yang menggugah hati, seperti “Hormati Pesantren, Hormati Santri” dan “Media Harus Edukatif, Bukan Provokatif”. Aksi dimulai sejak pukul 10.00 WIB ini diramaikan dengan orasi-orasi berapi-api dan pembacaan pernyataan sikap dari Dewan Koordinasi Nasional (DKN) Laskar Santri Nusantara.

“Kami datang bukan untuk membuat keributan, tapi untuk menuntut keadilan! Tayangan ‘Xpose Uncensored’ telah melukai hati kami dan merusak kepercayaan masyarakat terhadap pesantren,” ujar Didik Setiawan, Ketua Umum DKN Laskar Santri Nusantara, dengan suara lantang di tengah-tengah aksi.

Dalam aksi yang penuh semangat ini, Laskar Santri Nusantara menyampaikan sejumlah tuntutan penting. Mereka menuntut Trans7 untuk segera menyampaikan klarifikasi dan permintaan maaf terbuka kepada seluruh umat Islam dan dunia pesantren.

Selain itu, mereka mendesak Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) untuk bertindak tegas dengan menginvestigasi tayangan “Xpose Uncensored” dan memberikan sanksi yang setimpal jika terbukti melanggar kode etik jurnalistik.

Laskar Santri Nusantara juga meminta agar tim redaksi dan produser program yang bertanggung jawab atas konten kontroversial ini dievaluasi secara menyeluruh. Tak hanya itu, seluruh media nasional diimbau untuk lebih berhati-hati dan profesional dalam mengangkat isu-isu keagamaan dan sosial yang sensitif.

Meskipun dipenuhi emosi, aksi ini berlangsung dengan tertib dan damai. Para peserta aksi menunjukkan kedewasaan dengan tidak melakukan tindakan anarkis. Petugas keamanan dan kepolisian yang berjaga pun turut membantu mengatur lalu lintas agar tidak terjadi kemacetan.

Pada pukul 13.00 WIB, massa aksi membubarkan diri dengan tertib setelah menyerahkan surat tuntutan resmi kepada perwakilan manajemen Trans7.

Didik Setiawan menegaskan, bahwa aksi ini bukanlah bentuk permusuhan terhadap media, melainkan sebuah panggilan moral agar dunia jurnalistik Indonesia tetap menjunjung tinggi etika, kejujuran, dan tanggung jawab sosial.

“Kami tidak ingin kejadian seperti ini terulang lagi. Pesantren adalah bagian penting dari solusi bangsa, bukan objek untuk dijadikan sensasi murahan!” tegas Didik.

Editor: Deros

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini